Selasa 25 Jan 2022 19:07 WIB

Masjid di Jerman Jadi Sasaran Tembak Pria 55 Tahun

Jerman mengalami peningkatan kebencian anti-Muslim dalam beberapa tahun terakhir.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Sebuah masjid di Jerman. Masjid di Jerman Jadi Sasaran Tembak Pria 55 Tahun
Foto: EPA
Sebuah masjid di Jerman. Masjid di Jerman Jadi Sasaran Tembak Pria 55 Tahun

REPUBLIKA.CO.ID, HELLE -- Sebuah masjid di provinsi Saxony-Anhalt di Jerman menjadi sasaran serangan oleh senapan serbu. Menurut laporan pada Senin (24/1/2022) oleh Anadolu Agency, polisi menyatakan dua orang mendengar suara tembakan di dekat Pusat Kebudayaan Islam di Helle.

Polisi kemudian menemukan tiga peluru di tanah. Saksi mata mencatat bahwa seorang pria berusia 55 tahun dari sebuah bangunan di seberang masjid melepaskan tembakan ke masjid dari rumahnya.

Baca Juga

Polisi dilaporkan menyita dua senjata yang ditemukan di rumahnya. Pernyataan polisi mencatat tersangka tidak memiliki catatan kriminal dan penyelidikan masih berlangsung.

Sementara itu, Dewan Pusat Muslim (Central Council of Muslims) di Jerman mengutuk insiden itu dalam sebuah unggahan di Twitter. Dalam cicitannya, dewan tersebut menyampaikan terima kasih kepada polisi karena menangkap tersangka dan berharap mereka menjelaskan lebih lanjut tentang insiden tersebut.

"Syukurlah tidak ada yang terluka. Polisi masih menyelidiki dan menginterogasi. Kebencian dan rasialisme anti-Muslim tidak hanya dalam kata-kata," bunyi pernyataan Dewan Pusat Muslim di Jerman, dilansir di ABNA, Selasa (25/1/2022).

Dewan juga mengatakan masjid tersebut telah menghadapi serangan serupa di masa lalu. Jerman mengalami peningkatan rasialisme dan kebencian anti-Muslim dalam beberapa tahun terakhir.

Jerman adalah rumah bagi 81 juta orang dan menampung populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Dari hampir 4,7 juta Muslim di negara itu, setidaknya tiga juta adalah keturunan Turki.

Komunitas Turki di Eropa merasa prihatin dengan meningkatnya tren Islamofobia dan Turkofobia di negara-negara Barat. Turki telah meminta negara-negara Eropa untuk meningkatkan tindakan melawan kejahatan rasial. Pejabat Turki, termasuk Presiden Recep Tayyip Erdogan, telah sering mendesak para pembuat keputusan dan politikus Eropa mengambil sikap menentang rasialisme dan jenis diskriminasi lain yang telah mengancam kehidupan jutaan orang yang tinggal di antara perbatasan blok tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement