REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Dua pesawat militer China akan mengirimkan pasokan bantuan bencana ke negara Pasifik Selatan, Tonga. Wilayah tersebut dilanda tsunami kuat yang dipicu oleh letusan gunung berapi bawah laut yang besar.
“Dengan persetujuan Tonga, China memutuskan mengirim dua pesawat militer yang membawa sekitar 33 ton pasokan bantuan bencana ke Tonga pada hari Kamis. Bantuan tersebut termasuk air minum, makanan, APD (alat pelindung diri) dan tenda," ujar juru bicara Cina Kementerian Luar Negeri, Lijian Zhao, dilansir Anadolu Agency, Rabu (26/1/2022).
Lijian mengatakan, angkatan laut China akan mengatur kapal untuk mengirim bahan-bahan seperti traktor dan generator ke Tonga. Sebelumnya, Beijing telah mengumumkan akan mengirim tiga gelombang pasokan bantuan ke Tonga, termasuk bantuan darurat senilai 20 juta yuan atau setara 3,2 juta dolar AS, bantuan tunai, dan beberapa bahan makanan.
Awal bulan ini, letusan gunung berapi besar memicu tsunami yang melanda sebagian besar sisi barat pulau utama Tongatapu di Tonga. NASA mengatakan, letusan itu jauh lebih kuat daripada bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, pada akhir Perang Dunia II.
Sejumlah negara telah mengulurkan bantuan ke Tonga. Pada Senin (24/1/2022), empat pesawat Jepang meninggalkan Australia untuk mengirimkan bantuan ke Tonga. Pekan lalu, Jepang mengirim tiga ton air minum ke Tonga. Selandia Baru dan Australia juga telah mengirimkan bantuan ke negara kepulauan yang dilanda bencana itu.
Tonga, negara pulau berpenduduk 105.000 jiwa, terletak 2.383 km timur laut dari Selandia Baru. Citra satelit menangkap erupsi vulkanik ketika letusan gunung berapi menghembuskan gumpalan asap ke udara sekitar 12 mil (19,3 km) di atas permukaan laut.
Langit di atas Tonga menjadi gelap oleh abu. Kekhawatiran meningkat di antara komunitas Tonga di Selandia Baru, yang sangat ingin berkomunikasi dengan kerabat mereka di kampung halaman.
Gunung Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai telah meletus secara berkala dalam beberapa dekade terakhir, namun letusan begitu besar sehingga suaranya terdengar oleh warga di Fiji dan Selandia Baru. Para ahli mengatakan abu vulkanik yang jatuh bisa mencemari air minum dan menyebabkan gangguan pernapasan.