REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Trend Micro Incorporated memprediksi perusahaan global akan lebih waspada dan siap dalam menghadapi serangan siber di tahun 2022. Hal ini lantaran perusahaan global mengaplikasikan layanan cloud yang komprehensif dan proaktif untuk mengurangi risiko serangan siber.
Peneliti Trend Micro memprediksi pelaku ancaman siber 2022 akan berfokus pada serangan ransomware di jaringan server dan layanan terbuka dengan banyaknya karyawan yang masih terus bekerja dari rumah. Menurut laporan prediksi tersebut, kerentanan akan diperkuat dalam waktu singkat dan dipadukan dengan previlege escalation bugs untuk menghasilkan kampanye yang sukses.
Penelitian, prediksi dan otomatisasi sangat penting bagi organisasi untuk mengelola risiko dan mengamankan tenaga kerja mereka. Trend Micro memblokir 40,9 miliar ancaman email, malicious files dan URL berbahaya terhadap pelanggan di semester pertama tahun 2021. Angka ini meningkat 47 persen dari tahun ke tahun.
Country Manager Indonesia, Trend Micro Lakasana Budiwiyono melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (26/1/2022) mengatakan perusahaan di berbagai negara termasuk Asia menghadapi sejumlah tantangan keamanan dalam dua tahun terakhir.
“Beberapa tahun terakhir ini merupakan masa yang sulit bagi tim keamanan siber dengan sistem bekerja dari rumah yang menimbulkan disrupsi dan tantangan meningkatnya serangan terhadap perusahaan,” ujar Laksana.
“Namun, dengan mulai diterapkannya sistem bekerja secara hibrid dan situasi yang semakin membaik dari hari ke hari, para pemimpin keamanan akan dapat merencanakan strategi yang kuat untuk menutup celah keamanan sehingga penjahat siber harus bekerja lebih keras,” katanya.
Sistem IoT, rantai pasokan global, lingkungan cloud, dan fungsi DevOps akan menjadi target sasaran. Komoditas malware strains yang lebih canggih akan menargetkan UKM.