REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih Ashleigh Barty, Craig Tyzzer, meyakini satu-satunya kesempatan bagi anak asuhnya melengkapi gelar Grand Slam dalam kariernya apabila penyelenggara US Open melakukan perubahan dengan memilih menggunakan bola yang berbeda. Keyakinan Tyzzer bahwa petenis nomor satu dunia itu mampu memenangi titel Grand Slam di semua tiga permukaan lapangan terbukti pada Sabtu (29/1/2022) saat Barty merebut trofi juara Australia Open di Melbourne Park.
Petenis unggulan pertama itu mengatasi defisit 1-5 di set kedua untuk mengalahkan Danielle Collins dari Amerika Serikat, 6-3, 7-6 (2) demi menambah koleksi titel turnamen mayor setelah Roland Garros pada 2019 dan Wimbledon tahun lalu.
Akan tetapi, Tyzzer, yang menjadi pelatih terbaik WTA Tour 2019, mengatakan perbedaan tipe bola yang digunakan di Flushing Meadows akan lebih menyulitkan bagi sang petenis Australia untuk meraih kesuksesan di New York. "US Open benar-benar perlu mengganti bola untuk petenis putri," kata dia seperti dikutip Reuters, Sabtu.
Di US Open, petenis pria menggunakan bola yang sedikit lebih berat dari yang digunakan putri. Tyzzer mengatakan setelah Barty menang di Wimbledon tahun lalu ia selalu merasa permainan terbaik tenisnya akan muncul di lapangan keras. Barty tumbuh dengan permukaan itu di Brisbane, tapi dua titel Grand Slam pertamanya datang dari tanah liat merah Roland Garros dan lapangan rumput Wimbledon.
"Luar biasa dia mampu melakukan itu. Itu sangat mengesankan," kata Tyzzer menjelaskan. "Saya rasa kita semua harus menyaksikan apa yang dia bisa lakukan di permukaan yang berbeda dan melihat kemampuannya bermain di level tenis. Maksud saya, terkadang, saya dibuat terkagum karenanya."