REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Barat sengaja menciptakan skenario yang dirancang memancing Rusia berperang dan mengabaikan keprihatinan keamanan Moskow di Ukraina. Ini pernyataan pertama Putin mengenai krisis Ukraina selama hampir enam pekan.
Putin tidak menunjukan tanda-tanda akan mundur dari tuntutan keamanannya yang diajukan ke Barat. Sementara, Barat mengatakan permintaan tersebut tidak masuk akal dan hanya alasan untuk menggelar invasi. Moskow membantah tuduhan tersebut.
"Sekarang sudah jelas, kekhawatiran fundamental Rusia diabaikan," kata Putin dalam konferensi pers dengan perdana menteri Hungaria, salah satu kepala negara anggota NATO yang mencoba menengahi krisis krisis Ukraina, Selasa (1/2/2022).
Putin menggambarkan, potensi skenario masa depan di mana Ukraina bergabung dengan NATO. Kemudian mencoba merebut kembali Semenanjung Krimea yang Rusia duduki sejak 2014 lalu.
"Mari bayangkan Ukraina anggota NATO dan memulai operasi militer itu, apakah kami harus berperang dengan blok NATO? Apakah ada orang yang memikirkannya? Tampaknya tidak," katanya.
Rusia menumpuk lebih dari 100 ribu pasukan di sepanjang perbatasan Ukraina. Negara-negara Barat khawatir Putin berencana melakukan invasi.
Rusia membantah tuduhan itu tapi menegaskan akan mengambil tindakan militer kecuali tuntutan keamanan mereka dipenuhi. Negara-negara Barat memperingatkan akan ada sanksi berat bila Moskow memutuskan menginvasi Ukraina.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergie Lavrov mengatakan, Kremlin ingin Barat menghormati perjanjian 1999 yang melarang satu negara memperkuat keamanannya sendiri dengan mengorbankan keamanan negara lain. Menurutnya itu inti dari krisis Ukraina saat ini.
Ia mengangkat piagam yang ditandatangani di Istanbul oleh negara anggota Organisasi untuk Kerjasama dan Keamanan Eropa itu dalam pembicaraannya dengan Menteri Luar Negeri Antony Blinken melalui sambungan telepon. AS dan Kanada anggota perkumpulan tersebut.
Lavrov mengatakan Blinken menerima diperlukannya pembahasan hal ini lebih lanjut. Sementara AS melaporkan dalam pembicaraan itu Amerika fokus meminta Moskow untuk mundur.
"Menteri Blinken mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Lavrov bila Presiden Putin benar-benar tidak berniat berperang atau rezim berubah maka sudah waktunya untuk menarik mundur pasukan dan persenjataaan berat dan terlibat dalam diskusi serius," kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS.