REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wakil Ketua MUI Habib Nabiel Almuswa menjelaskan seperti apa insan yang bertaqwa. Menurutnya bagaimana ciri insan yang bertakwa itu dijelaskan di dalam surah Albaqarah ayat 197 yang artinya.
"Jadi kata Allah Subhanahu Wa ta'ala berbekallah kalian semua di dunia. Maka sebaik-baik bekal kalian di dunia ini adalah taqwa," katanya.
Kemudian kata Pengasuh Majelis Rasulullah ini menuturkan tentang taqwa juga diterangkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim Nabi Muhammad besabda. "Yang namanya taqwa itu ada di dalam dada."
"Jadi taqwa itu tidak mesti kelihatan. Artinya kelihatan itu maksud saya itu ditonjolkan-tonjolkan disombong-sombong tidak bisa seperti itu. Jadi takwa itu dalam hati," tuturnya.
Tentang taqwa ada di dalam hati Habin Nabiel mengutip hadis Rasulullah dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda. "Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian tetapi Ia melihat hati dan amal kalian" (HR. Muslim).
"Jadi Allah itu tidak melihat kepada bentuk-bentuk fisik kalian, tidak juga melihat dari kegantengan, kecantikan dan sebagainya. Tetapi Allah itu melihat kepada hati. Jadi taqwa itu pusatnya adalah di dalam hati," katanya.
Habib Nabiel menuturkan, selain Alquran dan hadist yang mendefinisikan taqwa, para sahabat juga mendefinisikan tentamg taqwa. Suatu ketika Sayyidina Umar bin Khattab ra bertanya kepada Ibnu Mas'ud ra salah satu sahabat yang termasuk tujuh orang yang paling ahli di dalam Quran.
Kata Syaidina Umar Ibnu Khattab. "Wahai Ibnu Mas'ud menurut kamu apa sih taqwa itu. Lalu kata Ibnu Mas'ud. "Wahai Amirul Mukminin apakah engkau pernah melewati satu jalan yang penuh dengan semak berduri?
Lalu kata Syaidina Umar Ibnu Khattab Ra "Pernah". Terus kata Ibnu Mas'ud apa yang kamu lakukan di tempat yang penuh dengan semak berduri itu sementara kamu harus melewatinya.
"Kemudian kata apa Syaidina Umar bin Khattab. "Saya bersungguh-sungguh."
Lalu kata Ibnu Mas'ud ra "Itu yang disebut takwa."
Jadi kata Habib Nabiel takwa itu bukan satu proses yang langsung berakhir, akan tetapi waktunya panjang bisa sampai seumur hidup. Taqwa itu adalah bersungguh-sungguh dalam setiap waktu dan setiap harinya dalam menjalankan ibadah.
"Dan juga berhati-hati terhadap maksiat. Menjauhi maksiat dengan ungguh-sungguh, karena kalau dia meleng sedikitnya ketusuk. Itu definisi menurut Syaidina Umar Ibnu Khattab dan Ibnu Mas'ud," katanya.
Selain Syaidina Umar dan Ibnu Mas'ud, Syaidina Ali bin Abi Thalib ra memiliki defini tetang taqwa. Ketika Ali jadi khalifah dia ditanya. "Waha Amirul Mukminin apa yang dimaksud dengan takwa?
Kata Syaidina Ali bin Abi Thalib "Yang namanya taqwa itu adalah kalau pun dikasih sedikit sama Allah, ridho kalaupun kita itu miskin tetap ridho kalaupun dikasih banyak ujian kita tetap ridho kalaupun kita dikasih kesusahan demi kesusahan tetap ridho. Itu namanya orang taqwa."
Kemudian definisi yang kedua kata Sayyidina Ali bin Abu Thalib adalau rasa takut yang luar biasa kepada Allah, di manapun berada. Takut kepada Allah dalam setiap keadaan susah dan senang.
"Kemudian definis ketiga kata Sayyidina bin Abi Tholib adalah mengamalkan apa yang apa yang diturunkan dari Allah yaitu Alquran dan hadis Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam," katanya.
Habib Nabiel menegaskan sangat disayangkan orang mengaku beriman, akan tetapi dia tidak mengamalkan apa yang diperintahkan Allah dan Rasulullah.
Kemudian yang terakhir kata Syadina Ali taqwa itu adalah senantiasa bersungguh-sungguh memeprsiapkan diri bertemu dengan Allah SWY.
"Artinya menunggu hari-hari bertemu dengan Allah. Jadi dia mempersiapkan diri jangan sampai meninggal dalam keadaan su'ul khotimah," katanya.
Tentang ciri atau tandanya insan itu betakwa kata Habib Nabiel setidaknya kata para ulama ada empat tingkat.
Pertama senantiasi mengingat perjanjian dengan Allah SWT ketika manusia masih ada di dalam rahim surah Al-Araf ayat 172
"Setiap bayi yang mau lahir itu ditanya sama Allah. "Apa kalian siap menjadikan Aku Thanmu." Kita itu diingatkan sama Allah supaya nanti setelah di hari kiamat jangan kita berkata kami nggak pernah tahu ya Allah, kami diminta berjanji sama Engkau," katanya.
Kalimat syahadat juga merupakan suatu perjanjian dengan Allah di mana berjanji menjadikan Allah sebagai Tuhan kita dan Rasulullah Muhammad sebagai nabi.
Kemudian tingkatan yang kedua adalah merasakan selalu dalam pengawasan Allah SWT. Seperti dijelaskan surah Qaf ayat 16 bahwa sesungguhnya Allah itu sangat dekat bahka lebih dekat daripada urat lehermu sendiri.
"Kalau kita merasakan pengawasan Allah bagaimana mungkin kita bermaksiat. Allah itu maha mengawasi, Allah itu maha mengetahui walaupun kita berbisik dalam hati kita sendiri. Nah jadi senantiasa merasakan diawasi itu ciri orang yang bertaqwa," katanya
Tingkatan ketiga taqwa adalah selalu introspeksi mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Jadi setiap waktu kata Habib Nabiel kita harus sibuk menghitung dosa dan kesalahan apa yang sudah diperbuat dan segeta bertobat.
"Muhasabah itu introspeksi, menghitung diri kita sendiri. Selalu intropeksi itu menunjukkan kita adalah orang yang baik itu jadi tingkat ketiga di dalam taqwa kepada Allah untuk selalu muhasabah selalu introspeksi diri," katanya.
Tingkatan kempat dalam taqwa adalah menghukum diri sendiri ketika bersalah. Misalnya ketika kita tidak ketinggal salat subuh hukum diri kita sendiri dengam berinfak Rp 100 ribu. Hukuman ini sebagai bentuk komitmen kita tidak mengulangi kesalahan yang fatal.
"Jadi sebelum kita dihukum sama Allah hukum diri kita sendiri hukuman oleh diri kita sendiri supaya kita tidak mengulangi lagi menganggap remeh dosa," katanya.
Habib Nabiel menegaskan bahwa Allah SWT berfirmam dalam surah Al-Baqarah ayat 179 menegaskan. "Dan pada hukuman qisas itu ada ada kehidupan bagimu wahai orang yang berakal supaya kamu bertaqwa."
"Artinya hukuman yang diberikan baik itu oleh Allah dan Rasulnya itu ada kehidupan tanpa kita sadari kita jadi tobat, tidak mengulangi lagi," katanya.