Selasa 08 Feb 2022 13:11 WIB

Dilema Pedagang Pasar: Pasokan Langka, tak Bisa Retur Stok Minyak Goreng Pula

Pedagang pasar tidak ketahui distributor tempat retur minyak yang ditunjuk Kemendag

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melakukan sidak minyak goreng di Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Senin (7/2/2022). Sidak tersebut untuk memastikan ketersediaan minyak goreng di pasar setempat sekaligus mencegah terjadinya penimbunan minyak yang menyebabkan kelangkaan di pasaran.
Foto: Antara/Maulana Surya
Petugas Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melakukan sidak minyak goreng di Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Senin (7/2/2022). Sidak tersebut untuk memastikan ketersediaan minyak goreng di pasar setempat sekaligus mencegah terjadinya penimbunan minyak yang menyebabkan kelangkaan di pasaran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) mengungkapkan, rata-rata pedagang pasar tradisional tidak dapat melakukan retur minyak goreng murah dengan stok lama yang masih menggunakan harga normal. Di satu sisi, pedagang juga sulit untuk mengakses pasokan minyak goreng guna menambah stok.

"Ini laporan riil di lapangan, minyak goreng mahal tidak bisa diretur, pedagang juga tidak bisa akses dan bahkan ada semacam kelangkaan karena masyarakat susah mencari minyak goreng," kata Ketua Umum APPSI, Sudaryono saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (8/2/2022). 

Baca Juga

Ia mengatakan, Kemendag sebelumnya telah menyampaikan informasi bahwa para pedagang dapat melakukan retur minyak goreng dengan masing-masing distributor untuk bisa mengganti stok dengan harga yang sesuai aturan pemerintah.

"Kami sudah diberitahu bahwa Kemendag telah mengirim edaran kepada para distributor untuk menerima retur. Tapi kami tidak tahu distributor mana saja. Tetap saja distributor menjual dengan harga normal (mahal)," ujarnya.

Rata-rata harga yang diterima pedagang yakni berkisar Rp 17 ribu-Rp 19 ribu per liter. Dengan harga beli itu, maka harga jual ke konsumen antara Rp 20 ribu-Rp 21 ribu per liter.

Di tengah situasi tersebut, Sudaryono menuturkan Kementerian Perdagangan bersikukuh bahwa stok minyak goreng tersedia. Alhasil, tidak banyak upaya yang dapat dilakukan APPSI lantaran pihaknya tidak mendapatkan penjelasan teknis dari pemerintah mengenai kebijakan untuk mniyak goreng.

"Kami tidak pernah diundang bicara teknis mengenai strategi pemerintah sehingga  kami juga tidak bisa menjelaskan kepada para anggota. Justru APPSI yang selalu berinisiatif mencari informasi ke pemerintah," kata Sudaryono.

Meski demikian, Sudaryono mengatakan APPSI telah menjalin kerja sama dengan ID Food selaku holding BUMN Pangan untuk pendistribsusian minyak goreng sesuai harga eceran tertinggi (HET).

"Minggu lalu kita drop 16 ribu liter ke Pasar Induk Kramat Jati yang diikoordnasikan oleh APPSI. Saya terus koordinasi agar langkah ini bisa direplikasi di banyak titik karena APPSI ada di 300 kabupaten/kota," ujar dia.

Kendala distributor....

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement