REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Paus Benediktus XVI mengakui ada kesalahan dalam penanganan kasus pelecehan seksual anak ketika dirinya menjadi uskup agung Munchen. Ia pun menyampaikan permohonan pengampunan, meski pengacaranya menilai Benediktus tak bersalah.
"Saya memiliki tanggung jawab besar di Gereja Katolik. Yang lebih besar adalah rasa sakit saya atas pelanggaran dan kesalahan yang terjadi di tempat yang berbeda selama masa mandat saya," ucap Benediktus dalam sebuah surat yang dirilis Vatikan pada Selasa (8/2/2022), dilansir di Aljazirah, Rabu (9/2/2022).
Surat yang disertai tiga lembar adendum tersebut merupakan respons pertama Benediktus atas laporan yang dirilis bulan lalu tentang pelecehan seksual di keuskupan agung sejak 1945 sampai 2019. Laporan itu dibuat oleh penyelidik Jerman.
Penyelidik menuduh Benediktus secara sengaja gagal menghentikan empat pendeta yang dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak, ketika dia menjadi uskup agung Muenchen sejak 1977-1982.
"Saya telah memahami kita sendiri ditarik ke dalam kesalahan yang menyedihkan ini setiap kali kita mengabaikannya atau gagal menghadapinya dengan ketegasan dan tanggung jawab yang diperlukan, seperti yang terlalu sering terjadi dan terus terjadi ... sekali lagi saya hanya dapat mengungkapkan kepada semua korban pelecehan seksual adalah rasa malu saya yang mendalam, kesedihan saya yang dalam, dan permintaan tulus saya untuk pengampunan," kata Benediktus dalam surat tersebut.
Benediktus membuat surat itu dengan sentuhan sangat personal dan dikemas dalam istilah-istilah religius. Dalam surat itu, dia juga merenungkan usianya yang telah mendekati akhir.
Benediktus mengatakan terlepas dari kesalahan apa pun yang mungkin dia buat, Tuhan akan menjadi penengah terakhir. "Tidak lama lagi, saya akan menemukan diri saya di hadapan hakim terakhir dalam hidup saya," ucap pria berusia 94 tahun itu.
Sementara itu, tim kuasa hukum Benediktus bersikeras kliennya tidak bersalah. "Sebagai uskup agung, Kardinal Ratzinger tidak terlibat dalam tindakan pelecehan yang ditutup-tutupi," kata tim kuasa hukum dalam sebuah pernyataan yang dirilis bersamaan dengan surat Benediktus. Joseph Ratzinger adalah nama lahir Benediktus.