Jumat 11 Feb 2022 15:51 WIB

Peneliti Ungkap Ada Hubungan Antara Mikroba Usus dengan Lemak Tubuh

Peneliti temukan molekul yang berhubungan dengan mikroba usus dan kadar lemak tubuh.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Peneliti temukan molekul yang berhubungan dengan mikroba usus dan kadar lemak tubuh.
Foto: Pxhere
Peneliti temukan molekul yang berhubungan dengan mikroba usus dan kadar lemak tubuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti medis menemukan sebuah molekul yang menghubungkan mikroba usus dengan kadar lemak dalam tubuh. "Kami sekarang memiliki mekanisme molekuler yang memberikan titik awal untuk memahami mikrobioma kita sebagai penghubung antara diet dan komposisi tubuh," kata Ahli Biokimia Emory University, Dean Jones, dilansir Science Alert, Jumat (11/2/2022).

Petunjuk dari tautan ini telah berkembang selama beberapa waktu. Kita telah mempelajari seberapa banyak ekosistem mikroba di dalam diri ini yang dihuni oleh bakteri, ragi, mikroba serta parasitnya dapat secara kuat memengaruhi kesehatan, rentang hidup, dan bentuk tubuh kita.

Baca Juga

Studi terbaru bahkan menunjukkan bahwa kurus atau gemuk bisa menular, melalui penyebaran mikroba yang berbeda. Munculnya epidemi obesitas di zaman modern bertepatan dengan perubahan besar dalam mikrobioma usus.

Dengan masalah kesehatan yang terkait, seperti penyakit jantung dan diabetes, ada kondisi rumit yang melibatkan interaksi antara gen, lingkungan, dan pola makan serta komposisi mikrobioma kita. Studi telah mengungkapkan 10 persen molekul metabolisme yang beredar pada tikus dapat ditelusuri kembali ke mikrobioma mereka, sehingga ahli biologi molekuler, Ken Liu dan rekan memutuskan untuk memeriksa bahan kimia ini lebih dekat.

Mereka mendeteksi molekul delta-valerobetaine pada tikus yang terpapar mikroba, tetapi tidak pada tikus bebas mikrobioma yang dibesarkan dan disimpan dalam kondisi murni sebagai kelompok kontrol. Menggunakan kultur sel, tim menunjukkan bahwa delta-valerobetaine menurunkan kadar karnitin.

Salah satu peran karnitin dalam tubuh adalah mengangkut molekul lemak panjang ke dalam mitokondria (pembangkit tenaga sel) di mana ia dipecah untuk digunakan sebagai energi. Jadi, ketika tikus dengan delta-valerobetaine diberi makan makanan yang lebih berlemak, mereka tidak dapat menggunakannya secara efisien tanpa karnitin yang cukup. Tikus bertambah berat dan mengumpulkan lebih banyak lemak di hati.

Sementara para peneliti tidak dapat secara langsung menunjukkan mekanisme ini pada manusia, korelasi antara tingkat delta-valerobetaine, karnitin, dan tingkat lemak tubuh semuanya cocok. Pada 214 manusia, mereka menemukan tingkat darah rata-rata delta-valerobetaine adalah 40 persen lebih tinggi untuk orang dengan BMI lebih besar dari 30 dibandingkan dengan mereka yang memiliki BMI lebih rendah.

Ahli patologi Emory University, Andrew Neish menjelaskan, beberapa jenis bakteri kemungkinan menghasilkan lebih banyak delta-valerobetaine daripada yang lain. Ini akan menjelaskan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi mikrobioma, dari diet hingga dengan siapa kita dan obat apa yang kita minum, juga mengubah bagaimana mikrobioma memengaruhi berat badan.

Dalam tinjauan studi yang menyertainya, ahli gizi Vanderbilt University, Jane Ferguson menunjukkan delta-valerobetaine juga hadir dalam makanan umum, termasuk daging dan susu, dan telah ditemukan berperan dalam mengurangi kelangsungan hidup sel kanker. 

"Dengan demikian, delta-valerobetaine mungkin memiliki efek positif dan negatif pada kesehatan inang," tulis Ferguson.

Liu menduga kepekaan tubuh mamalia terhadap delta-valerobetaine mungkin berkembang sebagai cara meningkatkan penyimpanan lemak ketika makanan langka. 

"Jenis informasi ini berpotensi membantu seseorang mengembangkan strategi yang dipersonalisasi untuk menurunkan berat badan," ujar Liu.

Namun, Liu mengatakan ada banyak hal yang perlu dipahami lebih baik tentang bagaimana delta-valerobetaine berfungsi dalam konteks itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement