Sabtu 12 Feb 2022 07:44 WIB

Muhammadiyah Kencangkan Pilar Ekonomi

Pilar ekonomi ketiga Muhammadiyah disebut sudah mulai terlihat ada kemajuan.

Rep: Rossi Handayani / Red: Ilham Tirta
Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abas.
Foto: Republika/Silvy Dian Setiawan
Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas mengatakan, Muhammadiyah perlu mengencangkan pilar ekonomi di samping dua pilar lainnya, pendidikan dan pelayanan sosial. Hal ini ia sampaikan dalam Pengajian Umum bertajuk Industri dan Wisata Halal, Tantangan, Peluang dan Pengembangan pada Jumat (11/2), malam.

"Syukur alhamdulillah dalam Muktamar 2015 lalu di Makassar kita telah memancangkan tekad untuk membangun pilar ketiga ekonomi dan bisnis dan usaha, serta upaya untuk membangun pilar ketiga secara serius sudah kita mulai tujuh tahun lalu," kata Anwar.

Baca Juga

Kendati demikian menurut Anwar, sampai saat ini pilar ketiga tersebut belum sesuai dengan harapan. Ada kemajuan, namun belum signifikan. Dia mengatakan, untuk memajukan ekonomi dan bisnis diperlukan sumber daya manusia yang mendukung.

"Untuk bisa maju ekonomi dan bisnis sumber daya manusia belum mendukung, termasuk mentality, mentality dominan employment mentality, yaitu mentalitas pegawai misalnya beberapa daerah ditanya satu per satu umumnya pegawai negeri atau karyawan sedikit yang pengusaha," kata Anwar.

Anwar mengungkapkan, kepengurusan Muhammadiyah tidak didominasi dari kalangan dunia usaha. Untuk itu, kader Muhammadiyah perlu melakukan hijrah dari mentalitas pegawai menuju mentalitas kewirausahaan.

"Entrepreneurship mentality bukan pedagang biasa, buka toko, tapi orang yang punya visi bisa melihat yang tidak dilihat orang lain. Misalkan kita punya Ibu Nurhayati Subakat, yang usahanya dimulai dari garasi mobil," kata Anwar.

Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Uno mengatakan, pengertian terkait wisata halal masih minim, sehingga menimbulkan perdebatan yang tidak perlu. Wisata halal banyak disalahartikan dengan mensyariahkan tempat wisata, namun sebetulnya ini merupakan layanan tambahan, daya tarik wisata, dan aksesibilitas untuk memenuhi pengalaman kebutuhan dari wisatawan Muslim.

"Misalnya dibutuhkan tempat ibadah dan makanan, minuman halal ini basic, hampir semua destinasi wisata halal memenuhi," kata Sandiaga.

Sandiaga mengatakan, destinasi wisata seperti Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang sudah memiliki tempat ibadah dan makanan halal. Berdasarkan data, hampir semua daerah terdapat restoran makanan Padang.

Dia mengungkapkan, Indonesia berada di peringkat ke lima sebagai muslim traveler. Sandiaga mengatakan, saat ini pemerintah akan mengembangkan wisata ramah Muslim yang lebih luas.

"2022 menjadi tahun kebangkitan perekonomian, ini peluang akan menciptakan usaha dan lapangan kerja," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement