REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia pasti memiliki tanda atau bekas pada diri orang yang melakukannya. Terlepas perbuatan tersebut adalah amal saleh yang kemudian memancarkan cahaya (nuraniyah) atau keburukan yang kemudian memancarkan kegelapan dan kezaliman (dzulmah).
Dalam kitab Tajul Ausy karya Ibnu Athaillah al Sakandari dijelaskan ada manusia yang diberikan karunia oleh Allah SWT dapat membaca, melihat, atau merasakan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dikerjakan orang lain. Maka orang itu disebut sebagai orang yang memiliki firasat.
Pendakwah yang juga pengisi kajian Masjid Istiqlal Jakarta, KH. Bukhari Sail Attahiri menjelaskan orang yang memiliki firasat dapat melihat keistimewaan atau keburukan orang lain karena amal-amal yang diperbuat. Orang yang memiliki firasat dapat melihat cahaya yang terpancar dari orang yang baik, dan rasa senang kala memandangnya, serta adanya wibawa pada diri orang tersebut.
Cahaya yang terpancar itu merupakan bekas sujud seorang hamba. Cahaya itu memancarkan keimanan dan ketaatannya sehingga dirasakan oleh orang-orang yang Allah bukakan mata hatinya yakni yang memiliki firasat.
"Jadi pemberian Allah kepada seseorang yang bisa melihat tanda seperti dari wajah orang-orang itu disebut firasat," kata kiai Sail dalam kajian kitab Tajul Ausy di Masjid Istiqlal beberapa hari lalu.
Sebagaimana firman Allah SWT
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِلْمُتَوَسِّمِينَ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. (Alquram surat Al Hijr ayat 75).
Kiai Sail mengatakan orang yang memiliki firasat dapat melihat atau membaca orang lain dari mata, dari suara, dan perkataannya atau bahasanya. Maka ucapan yang buruk menjadi tanda buruknya hati seseorang.
Seseorang yang memiliki firasat dibukakan Allah sehingga dapat membedakan orang yang berbuat kebaikan dan kebatilan. Semakin beriman dan semakin bertakwa seseorang, maka Allah semakin memberikan kekuatan untuk melihat tanda-tanda tersebut.
Sebagaimana Abu Bakar yang dapat melihat Umar bin Khattab dapat melanjutkan menggantikannya sebagai Khalifah. Dan sahabat utsman yang mengetahui salah satu diantara orang yang datang padanya pernah berbuat zina.
"Itulah firasat yang Allah berikan kepada orang-orang yang Allah kehendaki," katanya.