REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPRD DKI dari Komisi B, Gilbert Simanjuntak mengatakan, pihaknya telah melakukan rapat dengan BUMD Pangan beberapa waktu lalu soal persiapan jelang Ramadhan dan Idul Fitri. Meski begitu, ia mengaku kenaikan pangan saat permintaan naik tidak bisa dihindari.
“Tapi, dengan memiliki stok dan operasi pasar murah, maka kenaikan itu diharapkan masih dalam batas wajar,” kata Gilbert kepada Republika.co.id, Rabu (16/2).
Dia menambahkan, sejauh ini BUMD Pangan dan Dinas KPKP telah memperkirakan kenaikan jelang bulan suci umat Islam itu. Karenanya, Pemprov DKI sudah memiliki langkah-langkah antisipatif.
“(Pemprov) masih bisa mengendalikan, walau fluktuatif sesuai kurva permintaan. Stok pangan nasional juga mereka laporkan cukup,” kata politikus PDIP itu.
Menurut dia, peninjauan sudah dilakukan ke Pasar Jaya dan lainnya di bawah naungan Pemprov DKI. Secara umum kenaikan harga terbatas pada beberapa komoditas di beberapa waktu tertentu. Umumnya, kata dia, pada komoditas seperti daging dan telur.
“Tetapi bisa juga pada komoditas lain seperti gula, tepung, dan lainnya,” kata dia.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Suharini Eliawati mengatakan, jelang bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2022, diprediksi permintaan kebutuhan pangan meningkat. Walaupun kenaikan permintaan itu bisa dirasakan pada bulan tertentu, khusus kebutuhan pangan strategis.
“Pemprov DKI bersama BUMD dan kementerian akan berupaya menjamin ketercukupan ketersediaan pangannya,” kata Suharini kepada awak media, Selasa (15/2).
Lonjakan kebutuhan pangan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri memang jauh perbandingannya dibanding bulan biasa. Terlebih, saat bahan pangan yang dimaksud secara khusus paling banyak dicari. Kendati demikian, ketersediaan akan diupayakan oleh pihaknya.