REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesehatan jantung dibangun setiap hari. Hal terburuk yang dapat Anda lakukan untuk jantung adalah sesuatu yang terjadi secara bertahap dan dianggap sepele.
Ahli kardiologi mengungkapkan kebiasaan yang masih sering dilakukan dan ternyata buruk untuk jantung. "Untuk mencegah penyakit jantung, kuncinya adalah tingkat aktivitas," ujar Kimberly Powers, seorang praktisi perawat jantung di pusat kardiologi Ascension Seton di Austin, Texas seperti dikutip dari laman Eat This, Not That, Kamis (17/2/2022).
Dia mencatat sebuah penelitian terhadap orang-orang berusia 90-an. Dia menemukan bahwa mereka memiliki satu kesamaan.
Mereka berolahraga secara konsisten, setidaknya setengah jam, beberapa kali sepekan. "Mobilitas sangat penting untuk umur panjang, tapi juga sangat penting untuk perawatan jantung," katanya. Termasuk mengelola tekanan darah dan kadar kolesterol.
Lalu berapa banyak olahraga yang cukup? Menurut rekomendasi resmi American Heart Association, setiap orang harus melakukan setidaknya 150 menit aktivitas aerobik intensitas sedang setiap pekan, atau 75 menit aktivitas aerobik berat setiap pekan. Kombinasi keduanya, tersebar sepanjang pekan, lebih disukai.
Aktivitas intensitas sedang mencakup apa pun yang meningkatkan detak jantung Anda, seperti menari, berkebun, atau bersepeda santai. Aktivitas yang berat membuat Anda berkeringat dan sedikit kehabisan napas seperti berlari, berenang, mendaki bukit, bersepeda cepat, atau lompat tali.
Kurangi waktu untuk duduk. Bahkan aktivitas berintensitas ringan dapat mengimbangi beberapa risiko menjadi tidak aktif.
Lebih banyak olahraga, lebih baik. Anda dapat memperoleh lebih banyak manfaat kesehatan dengan melakukan setidaknya 300 menit aktivitas sepekan.
Jangan khawatir jika Anda tidak bisa langsung mencapai 150 menit sepekan. "Setiap jumlah gerakan lebih baik daripada tidak sama sekali," kata AHA.
Anda dapat membaginya menjadi beberapa aktivitas singkat sepanjang hari. Berjalan cepat selama lima atau sepuluh menit beberapa kali sehari akan menambah.
"Anda tidak perlu beralih dari tidak melakukan apa-apa menjadi lari maraton," ujar Quentin Youmans, seorang rekan kardiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Feinberg Northwestern.
Menurut Kevin Hall, seorang ilmuwan di National Institutes of Health, 80 persen orang gemuk yang menurunkan berat badan dengan diet akhirnya kembali ke kondisi semula.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine pada tahun lalu menganalisis data dari 9.509 orang dan menemukan bahwa diet yo-yo sebenarnya dapat melipatgandakan risiko serangan jantung atau stroke di kemudian hari jika Anda memiliki penyakit jantung.