Di tengah maraknya token public figure yang sekarang banyak beredar, mengakibatkan pandangan masyarakat Indonesia terhadap investasi kripto adalah 'investasi bodong' yang berbahaya.
Isu tersebut, menarik perhatian Nadia Amalia, CEO Sribuu, dan Robert Harianto, Pemilik Lagi Cuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia tentang investasi kripto yang sedang banyak diperbincangkan.
Edukasi itu, mereka sampaikan melalui webinar bertajuk #SiapMakinCuan beberapa waktu lalu. Nadia mengatakan, Sribuu, sebagai aplikasi pengatur keuangan untuk milenial dan Gen Z, berkolaborasi dengan Lagi Cuan, platform edukasi investasi, untuk memberikan edukasi kepada anak muda Indonesia tentang serba-serbi investasi kripto. "Hal kami lakukan untuk memberikan pemahaman, mulai dari pengertian investasi kripto, sampai dengan cara mengetahui produk investasi kripto yang sah dan aman," kata Nadia.
Lalu apa itu investasi aset kripto? Dilansir dari Wikipedia, mata uang kripto merupakan aset digital yang dirancang untuk bekerja sebagai media pertukaran yang menggunakan kriptografi yang kuat untuk mengamankan transaksi keuangan, mengontrol proses pembuatan unit tambahan dan memverifikasi transfer aset.
Menurut Robert, mata uang kripto ini juga merupakan mata uang masa depan yang sekarang ini sudah mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai produk investasi terkini yang popularitasnya semakin meningkat setiap tahunnya.
"Pada masa pandemi ini banyak sekali masyarakat Indonesia yang berpikir untuk berinvestasi agar mendapatkan pemasukan tambahan. Dimulai dari trading saham, sampai akhirnya sekarang ini popularitas kripto 'meledak' di kalangan investor-investor di Indonesia," ungkap Robert.
Apa dampaknya dengan banyaknya artis dan selebriti yang mengeluarkan token kripto? Robert menjelaskan, penyebaran influencer kripto yang dialami di Indonesia berbeda dengan yang terjadi di luar negeri.
"Kalau di luar negeri ini influencer kripto bukanlah artis atau selebriti, melainkan pengusaha sukses. Contohnya adalah Elon Musk sebagai influencer Dodge Coin. Berbeda untuk di Indonesia sendiri biasanya ‘kiblat’ masyarakat itu masih ke artis dan selebriti,” kata Robert.
Sedangkan dampaknya sendiri pasti ada positif dan negatifnya. Dampak positifnya, masyarakat Indonesia jadi tahu kalau cryptocurrency dan NFT itu bisa diaplikasikan ke banyak hal. Sebaliknya, dampak negatifnya, terkadang masyarakat jadi kurang research dan terkena FOMO (fear of missing out), karena keinginannya untuk mengikuti tren yang sedang dilakukan oleh idolanya.
Hal apa saja yang penting diperhatikan saat melakukan investasi kripto? Menurut Nadia, pertama, sisihkan dana investasi dari penghasilan bulanan. Konsistensi merupakan salah satu kunci kesuksesan investasi. Dngan rajin menyisihkan penghasilan bulanan untuk investasi, kita akan memiliki lebih banyak tabungan di masa depan.
“Untuk membantu mempermudah dalam mengatur keuangan dan menyisihkan penghasilan untuk investasi setiap bulannya bisa menggunakan aplikasi Sribuu,” tutur Nadia. Aplikasi Sribuu adalah aplikasi pengatur keuangan yang dibuat untuk mempermudah milenial dan Gen Z dalam mengatur keuangan.
Dengan teknologi Artificial Intelligence, Sribuu akan membantu menganggarkan, mencatat, dan menganalisa keuangan tanpa biaya. Ada juga berbagai fitur menarik seperti tracking transaksi otomatis ke Shopee dan Tokopedia, integrasi otomatis ke akun bank dan e-wallet, tips keuangan yang disesuaikan dengan kebiasaan finansial kamu setiap bulannya, dan masih banyak lagi. Sribuu juga diawasi oleh KOMINFO dan dilengkapi enkripsi yang setara dengan bank, jadi data keuangan kamu pasti dijamin aman.
Faktor kedua, hindari serakah dan FOMO saat melakukan investasi kripto. Maksud dari serakah di sini, adalah langsung menghabiskan seluruh dana investasi di satu aset kripto yang dipercayai harganya akan melejit tinggi. “Selalu punya dana untuk ‘serok’ (membeli kripto saat harga rendah). Jangan serakah di awal dengan beli satu aset kripto karena percaya bahwa satu aset ini akan naik drastis,” jelas Robert.
Selain itu FOMO juga hal yang harus dihindari karena FOMO akan mengarahkan ke pembelian yang impulsif. "Saat ini, banyak orang yang lagi ‘nyangkut’ uangnya di kripto karena kemarin ketika harganya lagi bagus mereka top up terus sampai uangnya habis. Itu dia bahayanya kalau serakah dan FOMO,” tambah Robert.
Ketiga, jangan gunakan ‘uang panas’ untuk beli kripto. ‘Uang panas’ atau bisa didefinisikan sebagai uang yang kita butuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bukanlah uang yang dapat digunakan untuk investasi kripto. “Jika kita berinvestasi dengan pakai uang sehari-hari, misalnya uang belanja rumah tangga atau uang kuliah dengan harapan bulan depan pasti cuan, it’s a big no," tegas Robert mengingatkan.
Swa.co.id