REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan negaranya berencana membentuk badan atau unit pemerintahan baru untuk memerangi kampanye disinformasi Rusia. Dia menyebut terdapat puluhan hoaks yang diduga disebar Rusia sejak awal Februari lalu.
“Pada akhir Perang Dingin, kami membubarkan unit informasi kami, tapi Rusia tidak membubarkan unit mereka. Jadi kami menghadapi disinformasi Rusia selama bertahun-tahun,” kata Truss dalam sebuah wawancara dengan The Mail pada Ahad (20/2/2022).
Dia mengungkapkan, sejak awal Februari, terdapat 40 informasi palsu atau hoaks yang diduga disebarkan pemerintah Rusia. Merespons hal itu, sekaligus menanggapi kegentingan situasi di perbatasan Ukraina, Truss mengatakan negaranya berencana mendirikan Russia-Ukraine Government Information Cell (GIC).
Menurut Truss, badan atau unit tersebut akan fokus pada pengungkapan “narasi palsu”. “Kami telah melihat dua kali lipat jumlah aktivitas disinformasi dalam sepekan terakhir. Jadi kami tahu bahwa Rusia bersiap-siap,” ucapnya, seraya memperingatkan lagi tentang potensi invasi Rusia ke Ukraina.
Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan sekutunya telah menuduh Rusia memiliki rencana menyerang Ukraina. Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, dan beberapa negara lainnya telah memperingatkan tentang konsekuensi serius yang bakal dihadapi Moskow jika melakukan tindakan semacam itu.
Rusia konsisten membantah tuduhan tersebut. Menurut Moskow, Barat sengaja meningkatkan histeria dan ketakutan “invasi” di Ukraina guna memajukan kehadiran militer NATO lebih jauh ke timur Eropa. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengusulkan pertemuan antaranya dirinya dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Saya tidak tahu apa yang diinginkan Presiden Rusia. Untuk alasan ini, saya mengusulkan agar kita bertemu,” kata Zelensky saat menghadiri forum keamanan internasional di Munchen, Jerman, Sabtu (19/2).