Jumat 25 Feb 2022 07:50 WIB

Pasukan Rusia Rebut Pembangkit Nuklir Chernobyl

Rusia ingin mengendalikan reaktor nuklir Chernobyl untuk peringatkan NATO.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
A Soviet-era top secret object Duga, an over-the-horizon radar system once used as part of the Soviet missile defense early-warning radar network, seen behind a radioactivity sign in Chernobyl, Ukraine, on Nov. 22, 2018.
Foto: AP Photo/Efrem Lukatsky
A Soviet-era top secret object Duga, an over-the-horizon radar system once used as part of the Soviet missile defense early-warning radar network, seen behind a radioactivity sign in Chernobyl, Ukraine, on Nov. 22, 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, KYIV -- Pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl telah direbut oleh pasukan Rusia. Hal ini diungkapkan oleh penasihat kantor kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak.

"Mustahil untuk mengatakan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl aman setelah serangan yang sama sekali tidak berguna oleh Rusia. Ini adalah salah satu ancaman paling serius di Eropa saat ini," kata Podolyak.

Baca Juga

Pasukan Rusia mengambil alih pembangkit listrik tenaga nuklir pada Kamis (24/2/2022). Sumber keamanan Rusia mengatakan, Blbeberapa pasukan militer Rusia berkumpul di "zona eksklusi" Chernobyl, sebelum menyeberang ke Ukraina pada Kamis pagi. Rusia ingin mengendalikan reaktor nuklir Chernobyl untuk memberi sinyal kepada NATO agar tidak ikut campur secara militer.

Bencana Chernobyl di Ukraina mengirim awan bahan nuklir ke sebagian besar Eropa pada 1986, setelah uji keamanan yang gagal di reaktor keempat pembangkit atom. Bencana Chernobyl menjadi salah satu kecelakaan nuklir terbesar di dunia.

Puluhan tahun kemudian, Chernobyl menjadi objek wisata.  Sekitar seminggu sebelum invasi Rusia, zona Chernobyl ditutup untuk turis.  

"Tragedi 1986 (bencana Chernobyl) tidak akan terulang. Ini adalah deklarasi perang melawan seluruh Eropa," ujar Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiyy.

Pasukan Ukraina memerangi pasukan Rusia di tiga sisi, setelah Moskow melancarkan serangan darat, laut dan udara. Ini adalah serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement