Jumat 25 Feb 2022 09:01 WIB

WHO Perbarui Informasi tentang Varian Omicron 'Siluman', Kenali Gejala Infeksinya

WHO sebut varian omicron 'siluman' perlu tetap diawasi oleh otoritas kesehatan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi varian omicron dari virus penyebab Covid-19. Varian omicron siluman dapat menyebabkan gejala penyakit Covid-19 yang lebih parah.
Foto: Pixabay
Ilustrasi varian omicron dari virus penyebab Covid-19. Varian omicron siluman dapat menyebabkan gejala penyakit Covid-19 yang lebih parah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski ditetapkan sebagai strain virus penyebab Covid-19 yang dominan secara global, omicron BA.1 bukan lagi varian terbaru. Ada subvarian anyar BA.2 berjulukan stealth (siluman) omicron yang tampaknya lebih menular dan memicu kasus parah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperbarui informasi terkait "varian siluman" tersebut. Penularan yang tinggi di beberapa bagian Eropa serta Inggris membuat omicron BA.2 diawasi dengan ketat oleh para ilmuwan.

Baca Juga

WHO menyoroti bahwa varian siluman berbeda dari pendahulunya dalam banyak aspek. Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengamini itu, menyebut BA.2 lebih menular dibandingkan dengan strain yang menyebar cepat.

Penelitian di Jepang telah menemukan bahwa varian siluman juga dapat menyebabkan penyakit Covid-19 yang lebih parah. Selain itu, omicron BA.2 disinyalir dapat menangkis beberapa metode perawatan dan lebih tahan terhadap vaksin.

Berdasarkan sejumlah bukti ilmiah yang ada, WHO memperingatkan agar BA.2 harus terus dianggap sebagai varian yang mengkhawatirkan. Menurut WHO, BA.2 juga perlu tetap diawasi oleh otoritas kesehatan masyarakat.

Perbedaan BA.2 dengan pendahulunya terutama terletak pada urutan genetiknya, serta beberapa perbedaan pada spike protein. Istilah ini merujuk pada area yang menjadi pintu masuk virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) menginfeksi manusia.

Bukti ilmiah juga telah membuktikan bahwa BA.2 memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan galur aslinya. Ada lebih banyak penelitian yang terus dilakukan untuk memahami subvarian ini dengan lebih baik.

Terdapat pula peningkatan laporan kasus terkait subvarian itu dalam beberapa pekan terakhir, dengan salah satu titiknya terdeteksi di Denmark. Kabar baiknya, kasus Covid-19 secara global telah menunjukkan tren penurunan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement