PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) pastikan memiliki teknologi khas dalam menghadapi distrupsi digital dengan membangun teknologi secara mandiri, tidak menggunakan vendor.
Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo mengatakan produk seperti BRISPOT yang merupakan aplikasi pengajuan kredit, begitupun dengan adanya agen BRILink.
Baca Juga: BRI Danareksa Sekuritas Luncurkan New Online Trading System “BRIGHTS”
"Ini menunjukan bahwa BRI merupakan technology companyyang mempunyai lisensi bank," ujar Indra dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (25/2/2022).
Indra mengatakan, sampai dengan saat ini 96,7 persen aktivitas nasabah sudah menggunakan digital channel. Pengguna BRImo sendiri pada 2021 mengalami pertumbuhan pesat sekitar 56,4 persen year-on-year (yoy) menjadi 14,2 juta dari 9,1 juta pada 2020.
Sementara itu untuk jumlah transaksi meningkat sekitar 66,2 persen yoy dari 766 juta transaksi pada 2020 menjadi 1,27 miliar transaksi pada 2021. Adapun untuk nilai transaksi melalui BRImo pada 2021 mencapai Rp1.345 triliun atau meningkat 581,1 persen yoy dari 197 triliun pada 2020.
Indra menambahkan, BRISPOT telah meningkatkan produktivitas dan efisiensi karena di dalamnya melibatkan 100.000 lebih loan officers dan approvers. Dengan didukung lebih dari 140 fitur, produk ini sangat membantu segmen mikro, kecil, maupun konsumer.
Di samping itu, AgenBRILink juga diperkuat oleh lebih dari 500.000 agen di seluruh Indonesia. Jumlah transaksi melalui AgenBRILink pada 2021 mencapai 928 juta, meningkat 27,5 persen yoy dari 728 juta transaksi pada 2020.
Nilai transaksi AgenBRILink pada tahun 2021 naik sekitar 35,6% yoy menjadi Rp1.143 triliun dari Rp843 triliun pada 2020. Adapun fee income pada 2021 telah mencapai Rp1,19 triliun atau naik 3 persen yoy dari Rp1,15 triliun pada 2020. Kami sudah melihat pertumbuhan yang luar biasa dari waktu ke waktu,tambah Indra.
"Keberhasilan transformasi digital ini pun berpengaruh pada talentyang dimiliki oleh BRI. Indra mengatakan, talentBRI semakin terdigitalisasi di unit teknologi maupun di sisi SDM bisnis. Oleh karena itu, mindsetperlu digeser ke arah digital yang perubahannya sangat dinamis," ujarnya.
Indra mengatakan, Talent digital harus memiliki agility, kecepatan, dengan daya kreatif tinggi. Hal ini diiringi dengan literasi dan validasi data. Dengan masifnya digitalisasi, perseroan membangun sebuah environmentyang bernama project to product, yakni IT tidak sekadar menjadi komponen pendukung.
"Kami selalu siap mulai dari planing, forward looking, hingga sensingapa yang berkembang, apa yang sekarang menjadi tren," tutupnya.