Senin 28 Feb 2022 19:47 WIB

Rusia dan Ukraina Mulai Berdialog

Ukraina menyatakan pembicaraan dimulai dengan tujuan gencatan senjata.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Prajurit Ukraina beristirahat di posisi dekat Kiev, Ukraina, 27 Februari 2022. Pasukan Rusia memasuki Ukraina pada 24 Februari mendorong presiden negara itu untuk mengumumkan darurat militer dan memicu serangkaian pengumuman oleh negara-negara Barat untuk menjatuhkan sanksi ekonomi yang berat terhadap Rusia.
Foto: EPA-EFE/ALISA YAKUBOVYCH
Prajurit Ukraina beristirahat di posisi dekat Kiev, Ukraina, 27 Februari 2022. Pasukan Rusia memasuki Ukraina pada 24 Februari mendorong presiden negara itu untuk mengumumkan darurat militer dan memicu serangkaian pengumuman oleh negara-negara Barat untuk menjatuhkan sanksi ekonomi yang berat terhadap Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, KYIV -- Pembicaraan antara pejabat Rusia dan Ukraina dimulai di perbatasan Belarusia pada Senin (28/2/2022).

Pembicaraan dimulai lima hari setelah Rusia menginvasi Ukraina, yang menjadi serangan terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Baca Juga

Kantor Kepresidenan Ukraina mengatakan, pembicaraan dimulai dengan tujuan gencatan senjata dan penarikan pasukan Rusia. Sementara Kremlin menolak memberikan keterangan mengenai tujuan pembicaraan tersebut.

Pembicaraan itu diadakan di perbatasan Belarus yang merupakan sekutu kuat Rusia. Sebelumnya pada Ahad (27/2/2022) sebuah referendum menyetujui konstitusi baru yang menghapus status non-nuklir Belarus. Penghapusan ini bertepatan ketika Belarus menjadi landasan peluncuran bagi pasukan Rusia yang menginvasi Ukraina.  

Kantor berita Interfax pada Senin melaporkan, pasukan Rusia merebut dua kota kecil di tenggara Ukraina dan daerah sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir. Tetapi upaya Rusia untuk menguasai wilayah lain mendapat perlawanan keras dari pasukan Ukraina

Ledakan terdengar sebelum fajar pada Senin di ibu kota Kyiv dan di kota besar timur Kharkiv. Tetapi upaya pasukan darat Rusia untuk merebut pusat-pusat kota besar telah mendapatkan perlawanan. 

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pasukan militer mereka telah mengambil alih kota Berdyansk dan Enerhodar di wilayah tenggara Zaporizhzhya, Ukraina. Termasuk daerah di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhya.

Interfax melaporkan, Ukraina membantah bahwa pembangkit nuklir itu jatuh ke tangan Rusia. Sementara, sepanjang Ahad malam terjadi pertempuran di sekitar kota pelabuhan Ukraina, Mariupol. Kepala hak asasi manusia PBB, Michelle Bachelet, mengatakan, sedikitnya 102 warga sipil di Ukraina telah tewas sejak Kamis (24/2/2022) lalu. Sementara 304 lainnya terluka. "Tetapi angka sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih tinggi dari itu," ujar Bachelet.

Seorang pejabat senior pertahanan Amerika Serikat mengatakan, Rusia telah menembakkan lebih dari 350 rudal ke Ukraina sejak Kamis. Beberapa rudal mengenai infrastruktur sipil. "Tampaknya mereka mengadopsi mentalitas pengepungan," kata pejabat itu, yang berbicara tanpa menyebut nama.  

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta agar Uni Eropa segera memberikan izin kepada Ukraina agar menjadi negara anggota di Benua Biru tersebut. "Tujuan kami adalah untuk bersama semua orang Eropa, dan yang paling penting, untuk menjadi setara. Saya yakin kami pantas mendapatkannya," kata Zelenskyy.

Uni Eropa melarang maskapai penerbangan Rusia melintasi wilayah udaranya. Hal ini memaksa maskapai penerbangan Rusia, Aeroflot  membatalkan semua penerbangan dengan tujuan Eropa sampai pemberitahuan lebih lanjut. Uni Eropa juga melarang media Rusia, RT dan Sputnik. 

Baca juga : WNI di Ukraina Mengungsi ke KBRI karena Serangan Rusia

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement