REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Tim pemimpin oposisi Rusia yang kini dipenjara, Alexei Navalny pada Senin (28/2/2022) menyerukan kampanye pembangkangan sipil untuk memprotes invasi Rusia ke Ukraina. Mereka mengatakan, warga Rusia harus menunjukkan sikap antiperang.
"(Presiden Vladimir) Putin menyatakan perang terhadap Ukraina dan berusaha membuat semua orang berpikir bahwa Ukraina diserang oleh Rusia. Tapi itu tidak benar. Kami harus menunjukkan bahwa kami tidak mendukung perang. Kami menyerukan kepada warga Rusia untuk menunjukkan pembangkangan sipil. Jangan diam," ujar pernyataan tim Navalny.
Navalny merupakan pengkritik Presiden Vladimir Putin yang paling vokal. Dia dijeoskan ke penjara tahun lalu ketika kembali ke Rusia dari Jerman. Dia berada di Jerman untuk menjalani perawatan setelah mengalami keracunan di Siberia. Kremlin dituding berada di balik peracunan Navalny dengan menggunakan agen atau zat racun yang menyerang saraf.
Rusia membantah terlibat dalam peracunan Navalny. Sejak itu, pihak berwenang Rusia semakin menekan pergerakan kelompok pendukung Navalny. Tokoh-tokoh kunci oposisi telah melarikan diri ke pengasingan setelah dinyatakan sebagai "agen asing" oleh pihak berwenang Rusia. Kelompok OVD-Info yang memantau protes dan penangkapan di Rusia mengatakan, sejauh ini sebanyak 6.006 orang telah ditangkap karena berpartisipasi dalam aksi anti-perang sejak Rusia menginvasi Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (24/2/2022) mengumumkan operasi militer di Ukraina. Putin memperingatkan kepada negara lain bahwa, setiap upaya yang mengganggu tindakan Rusia akan mengarah pada konsekuensi yang belum pernah mereka lihat.
Putin mengatakan, operasi militer itu diperlukan untuk melindungi warga sipil di Ukraina timur. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin menuduh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, mengabaikan permintaan Rusia untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan menawarkan jaminan keamanan kepada Moskow.
Putin menegaskan, tujuan Rusia menggelar operasi militer bukan untuk menduduki Ukraina. Dia mengatakan, operasi militer Rusia bertujuan untuk memastikan demiliterisasi Ukraina. Putin mendesak prajurit Ukraina untuk segera meletakkan senjata.