REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Mulai dari negara kecil di ujung Pasifik hingga kekuataan ekonomi besar di Eropa meminta Rusia menghentikan invasinya ke Ukraina. Mereka mendukung resolusi PBB yang meminta Rusia segera menghentikan serangan dan menarik semua pasukan dari negara tetangganya tersebut.
Namun Presiden Rusia Vladimir Putin masih memiliki beberapa pendukung di Sidang Umum darurat PBB seperti Kuba dan Korea Utara. Ada pula negara yang tidak mengungkapkan akan memilih apa seperti Suriname yang memiliki hubungan baik dengan Rusia dan Ukraina.
Negara-negara itu akan menyerukan dialog dan diplomasi, seperti Afrika Setelan yang mengatakan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres harus menggunakan PBB untuk menemukan solusi jangka panjang. Setelah mendengar 120 pidato 193 negara anggota Majelis Umum PBB akan menggelar pemungutan suara untuk menentukan resolusi pada Rabu (2/3/2022) malam.
Tidak seperti resolusi Dewan Keamanan. Resolusi Majelis Umum tidak mengikat tapi mencerminkan opini masyarakat internasional.
Sepuluh pembicaraan terakhir akan menyampaikan pidato, termasuk sekutu Rusia yakni Belarusia. Perwakilan mereka menyampaikan pidato tepat sebelum Amerika Serikat. Hampir pasti Belarusia mendukung invasi Moksow.
"Mengecam keterlibatan Belarusia dalam penggunakan kekuatan tidak sah pada Ukraina," tulis rancangan resolusi PBB. Rancangan tersebut juga mendesak Belarusia mematuhi kewajiban internasionalnya.
Hingga Selasa (1/2/2022) malam sudah 94 negara yang mendukung resolusi tersebut. Termasuk beberapa negara yang sebelumnya diperkirakan tidak akan mendukung resolusi ini seperti Afghanistan yang dikuasai Taliban usai menggulingkan pemerintah terpilih bulan Agustus lalu dan Myanmar yang menggulingkan pemerintah demokratis 1 Februari 2021 lalu.