Ahad 08 Dec 2024 11:00 WIB

Apakah Putin Kali Ini akan Membiarkan Bashar Al-Assad Jatuh?

Fokus Rusia d Ukraina telah melemahkan dukungan eksternal ke Bashar Al-Ashad.

 Presiden Suriah Bashar Assad, kiri, memberi isyarat saat berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: AP/Alexei Druzhinin/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Suriah Bashar Assad, kiri, memberi isyarat saat berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, Rezim pemerintah Bashar al-Assad di Suriah saat ini bisa dibilang dalam kondisi terancam dan jatuh ke tangan kelompok pemberontak. Assad di ujung tanduk karena konsentrasi Hizbullah dalam menghadapi Israel di Lebanon, ditambah fokus Rusia pada perang di Ukraina, telah melemahkan dukungan eksternal terhadap pasukan militer pemerintah.

Memang masih ada Iran. Tapi, pemerintahan Presiden Masoud Pezeshkian yang moderat, cenderung menurunkan skala petualangan militer Iran di negeri asing, termasuk Suriah.

Baca Juga

Rezim Assad sendiri hanya bisa memerintah di separuh wilayah Suriah. Mereka dikepung kelompok-kelompok pemberontak berbeda haluan dan berperang satu sama lain, di bagian utara, timur, tenggara, dan selatan negara itu. Suriah diketahui berbatasan dengan Lebanon di barat daya, Yordania dan Israel di selatan, Turki di bagian utara, dan Irak di bagian timur serta tenggara.

Kepungan pasukan pemberontak dari berbagai faksi membuat rezim Assad konstan berperang melawan mereka, khususnya pemberontak Pasukan Demokratik Suriah (SDF) di bagian timur yang didominasi Kurdi, dan pasukan oposisi Arab Suriah, khususnya Hayat Tahrir al-Sham dan Tentara Nasional Suriah (SNA) di bagian lain. SNA mendapat dukungan Turki. Turki merasa berkepentingan langsung di Suriah, karena kaitannya dengan jutaan pengungsi Suriah di Turki selatan, dan upaya Turki dalam menangkal nasionalisme Kurdi tidak meluber ke wilayahnya.

Selama ini rezim Assad sudah terbiasa melawan faksi-faksi pemberontak yang satu sama lain tak pernah akur itu. Tapi perang Hizbullah-Israel di Lebanon, perang Ukraina yang menyita sumber daya militer Rusia, dan reorientasi politik luar negeri Iran, berpengaruh buruk terhadap kemampuan rezim Assad dalam memadamkan pemberontakan.

Perang di Ukraina memaksa Rusia mengurangi kontingen militernya di Suriah, termasuk tentara bayaran Wagner Group yang "dinasionalisasi" oleh Presiden Rusia Vladimir Putin menyusul pemberontakan pemimpinnya, Yevgeny Prigozhin, pada Juni 2023. Tapi Putin mungkin tak akan membiarkan Assad jatuh, karena bisa menjadi pesan buruk bagi sekutu-sekutunya di kawasan lain, bahwa Rusia tak bisa melindungi sekutunya.

Sementara itu, sebagai dampak dari situasi di Jalur Gaza, Hizbullah yang penyokong utama Hamas di Palestina dan menempatkan kontingen besar pejuang mereka di Suriah, terlibat perang dengan Israel di Lebanon, sehingga harus merelokasi sumber daya militernya dari Suriah.

photo
Anak-anak korban perang Suriah - (Republika)

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement