Jumat 04 Mar 2022 17:56 WIB

Hong Kong Mulai Menjatah Bahan Pokok

Dua ritel Hong Kong menjatah bahan pokok di tengah panic buying akibat Covid-19

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Seorang warga melintasi rak penjualan beras yang kosong di sebuah supermarket di Hong Kong, Kamis, (6/2). Warga memborong berbagai kebutuhan dasar di toko-toko seiring merebaknya wabah virus corona dari China daratan.
Foto: VIncent Vu/AP
Seorang warga melintasi rak penjualan beras yang kosong di sebuah supermarket di Hong Kong, Kamis, (6/2). Warga memborong berbagai kebutuhan dasar di toko-toko seiring merebaknya wabah virus corona dari China daratan.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG - Dua ritel terbesar Hong Kong mulai menjatah beberapa makanan dan obat-obatan untuk mengekang panic buying yang melanda kota selema sepekan terakhir. Sebagian besar warga panik karena khawatir akan lockdown ketika kasus Covid-19 melonjak.  

Jaringan supermarket ParknShop mengumumkan batasan lima item per pelanggan untuk kebutuhan pokok seperti nasi, makanan kaleng, dan tisu toilet. Sementara apotek Watsons memberikan batasan yang sama pada obat-obatan untuk nyeri, demam, dan pilek.

Baca Juga

"Berlaku hari ini, ParKnShoP dan Watsons Hong Kong akan memberlakukan pembatasan pembelian pada produk dan obat-obatan tertentu di semua toko," kata Watsons dalam sebuah pernyataan.

Baik ParknShop dan Watsons adalah unit dari konglomerat yang terdaftar di Hong Kong, CK Hutchison (0001.HK). Pada Rabu (2/3/2022), ParknShop mengumumkan jam buka yang lebih pendek.

Beberapa dari 200 cabangnya tutup pada pukul 15.00 waktu setempat, saat itu banyak toko di seluruh pusat keuangan Asia telah kehilangan daging dan sayuran segar dan beku dalam beberapa hari terakhir. Pejabat Hong Kong telah berulang kali mendesak orang-orang agar tidak melakukan pembelian panik pekan ini. Pihaknya menegaskan persediaan cukup.

Di tengah keluhan publik tentang pesan resmi yang membingungkan, Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan, pemerintahnya tidak memiliki rencana untuk mengunci total sementara merencanakan pengujian wajib terhadap 7,4 juta penduduk kota itu. "Pemerintah akan mengumumkan rincian rencana ketika selesai," katanya.

Pihak berwenang melaporkan rekor harian baru 56.827 infeksi baru dan 144 kematian pada Kamis, naik eksponensial dari sekitar 100 pada awal Februari. Lonjakan kasus dan ketakutan akan penguncian telah memicu kepergian massal orang-orang dari kota, di mana pihak berwenang berpegang teguh pada kebijakan "nol dinamis" yang berupaya memberantas semua wabah dengan segala cara.

Menurut data pemerintah, Hong Kong melihat arus keluar bersih lebih dari 71 ribu orang pada Februari, terbesar sejak awal pandemi dibandingkan dengan 16.879 pada Desember. Di sisi lain, larangan penerbangan dari sembilan negara termasuk Amerika Serikat, Inggris dan Australia berlaku hingga 20 April, membuat beberapa penduduk yang telah pergi sementara terdampar, tidak dapat masuk kembali.

Banyak restoran dan toko tutup, sementara distrik keuangan Central sangat sepi dan hanya sedikit orang yang keluar di lingkungan yang biasanya ramai. Menyoroti meningkatnya frustrasi publik, pengusaha terkemuka dan penasihat pemerintah Allan Zeman mengatakan pada Selasa reputasi internasional kota itu telah sangat rusak dan alarm telah dibuat oleh pesan-pesan yang membingungkan.

Hong Kong telah mencatat sekitar 350 ribu kasus Covid sejak virus corona muncul di kota Wuhan di Cina pada akhir 2019. Sekitar 1.400 kematian, masih jauh lebih sedikit daripada banyak kota lain.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement