REPUBLIKA.CO.ID, —Orang yang bertobat secara sungguh-sungguh hendaknya menyadari, Allah Ta'ala Maha Menyaksikan setiap perbuatan makhluk-Nya.
Dari sini, seseorang akan merasa terus diawasi oleh-Nya sehingga menahan dirinya dari keinginan berbuat dosa. Makna taubat memang tidak sekadar kata-kata istighfar, tapi juga tindakan. Sekurang-kurangnya, ia tidak mengulangi lagi perbuatannya.
Ada beberapa waktu yang dinilai terbaik untuk memanjatkan doa dan taubat. Ini tidak berarti bahwa pertaubatan di luar waktu-waktu ini ditolak sama sekali.
Pertama, setelah ibadah. Memohon ampunan Allah SWT bisa dilakukan kapan dan di mana saja. Akan tetapi, alangkah lebih baik bila taubat dilakukan setelah beribadah.
Dengan begitu, kita dapat mengisi kompensasi atas kekurangan ibadah yang baru saja dilaksanakan. Dalam surat An Nasr ayat 1-3, Allah berfirman:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya, Dia adalah Mahapenerima taubat.”
Di antara hikmah-Nya adalah gerak hati dalam diri seseorang untuk bertaubat. Menurut Syekh Nawawi Banten dalam Tafsir Munir, orang yang bertaubat menyesali dosa yang telah dilakukannya. Ia bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha (taubat yang semurni-murninya). (QS At Tahrim ayat 8).
Kedua, segera setelah tersadar telah melakukan maksiat. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 135.
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.”
Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW bersabda tentang pentingnya bertaubat:
مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ - وَقَالَ مِسْعَرٌ ثُمَّ يُصَلِّي - وَيَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ
“Jika ada hamba Allah yang melakukan dosa, kemudian berwudhu dengan benar kemudian sholat dua rakaat— riwayat Misar menyebut kemudian berdoa— memanjatkan doa, serta memohon ampun kepada- Nya, maka Allah akan mengampuninya.”
Ketika panggilan jiwa untuk bertaubat langsung terasa sesudah kita bermaksiat, sesungguhnya itu pun dapat menjadi penanda bahwa Allah menyayangi kita. Kesadaran itu akan membuat kita enggan terlalu jauh melibatkan diri dalam kemungkaran.
Ketiga, bertaubat juga dianjurkan saat seseorang lengah. Surat An Nur ayat 31 menerangkan keutamaan taubat.
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman agar kalian beruntung.“
Sering kali, diri kita lalai dari melaksanakan kewajiban sebagai orang beriman. Oleh karena itu, seyogianya kita selalu ingat untuk memohon ampunan kepada Allah SWT.
Munajat dan doa tidak hanya berhenti pada kata-kata yang keluar dari lisan, tetapi juga diresapi dalam perbuatan.
عن الأغر بن يسار المزني ، قال: قال رسول الله ﷺ: يا أيها الناس توبوا إلى الله، فإني أتوب في اليوم إليه مائة مرة
Dari Al Azhar bin Yasar al-Muzani, dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda. “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah ampun kepadanya. Sungguh aku bertaubat 100 kali dalam sehari. (HR Muslim).