Kamis 10 Mar 2022 05:00 WIB

Studi Skala Besar: Efek Samping Vaksin Covid Pfizer-Moderna Ringan, tak Sebabkan Kematian

Efek samping vaksin Covid-19 Pfizer-Moderna ringan, tidak sampai sebabkan kematian.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang tenaga medis menyiapkan suntikan vaksin Covid-19 Pfizer. Studi terbaru mengungkap bahwa kasus kematian pada orang-orang yang telah divaksinasi tidak terkait dengan suntikan vaksin Pfizer maupun Moderna.
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Seorang tenaga medis menyiapkan suntikan vaksin Covid-19 Pfizer. Studi terbaru mengungkap bahwa kasus kematian pada orang-orang yang telah divaksinasi tidak terkait dengan suntikan vaksin Pfizer maupun Moderna.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Covid-19 sering kali dijadikan "kambing hitam" ketika kematian terjadi sesaat setelah seseorang divaksinasi. Hal ini bertolak belakang dengan temuan dalam studi berskala besar di Amerika Serikat.

Di Amerika Serikat, ada sekitar 4.600 orang yang meninggal dunia setelah menerima vaksin Covid-19, per Juni 2021. Namun, menurut studi terbaru yang dilakukan peneliti dr Tom Shimabukuro, kematian tersebut tidak ada yang berkaitan dengan vaksin Covid-19 mRNA dari Pfizer dan Moderna.

Baca Juga

Melalui studi tersebut, tim peneliti memantau kemunculan efek samping berat pada hampir 300 juta dosis vaksin yang telah diberikan. Dr Shimabukuro mengatakan, sebagian besar reaksi atau efek samping yang muncul setelah pemberian vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna adalah ringan.

"Efek sampingnya memudar setelah satu atau dua hari, (temuan ini) mengonfirmasi laporan dari uji klinis dan pemantauan pascaperizinan," ujar dr Shimabukuro, seperti dilansir The Sun, Rabu (9/3/2022).

Efek samping yang paling sering muncul adalah sakit kepala, kelelahan, demam, dan meriang. Hal ini sejalan dengan efek samping yang dilaporkan di Inggris.

Dari ratusan juta dosis vaksin yang telah diberikan, tim peneliti menemukan ada sekitar 22 ribu efek samping serius yang terjadi. Efek samping serius yang paling banyak dilaporkan adalah sesak napas.

Tim peneliti pun mendapati ada 4.500 kematian yang terjadi dalam kurun waktu enam bulan masa studi. Sekitar 80 persen kematian tersebut terjadi pada kelompok usia 60 tahun ke atas.

"Karena usia mereka, kelompok ini telah memiliki garis dasar rasio kematian yang lebih tinggi dibandingkan populasi umum," ungkap dr David Shay dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement