Rabu 09 Mar 2022 20:59 WIB

Miliarder AS Jim Rogers Sebut Dolar Sudah di Ujung Tanduk

Miliarder dan investor veteran Jim Rogers, pendiri Quantum Fund bersama miliarder George Soros, telah melihat "akhir" dari dolar.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Jim Rogers. (REUTERS/Brendan McDermid)
Jim Rogers. (REUTERS/Brendan McDermid)

Miliarder dan investor veteran Jim Rogers, pendiri Quantum Fund bersama miliarder George Soros, telah melihat "akhir" dari dolar. Dia menjelaskan bahwa mata uang internasional seharusnya netral tetapi di Washington sekarang mengubah aturan. Rogers menyebut Washington tidak bermain adil lagi.

"Saya memiliki dolar AS sebagian karena ketika gejolak datang, orang mencari tempat yang aman. Mereka pikir dolar AS adalah tempat yang aman untuk alasan historis," ujar Rogers sebagaimana dikutip dari Bitcoin.com di Jakarta, Rabu (9/3/22).

“Sekarang jika Washington tidak menyukai Anda, mereka memberikan sanksi kepada Anda dan Anda tidak dapat menggunakan dolar AS,” tegasnya.

Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Fredrik Lundberg, Miliarder yang Ubah Perusahaan Konstruksi Jadi Investasi

Oleh karena itu, Rogers melihat banyak negara mulai mencari pesaing karena menganggap Washington tidak bermain adil lagi.

"Jadi, banyak negara mulai mencari pesaing - China atau Rusia atau India, Iran, Brasil ... beberapa negara mulai mencari mata uang yang bersaing, dan mereka harus melakukannya karena Washington tidak bermain adil lagi," lanjutnya.

Sejak Rusia memulai invasinya ke Ukraina, Amerika Serikat dan banyak negara lain telah menempatkan sanksi terhadap Rusia. Rusia memiliki sekitar 16% dari cadangannya dalam dolar AS dan 32% dalam euro.

AS adalah negara pengutang terbesar di dunia. Jadi, untuk alasan mendasar dan alasan politik, orang mencari mata uang yang bersaing.

“Saya belum tahu akan seperti apa. Saya harap saya cukup pintar untuk membelinya ketika Anda menemukannya. Saya tidak suka mengatakannya. Saya orang Amerika tetapi saya tidak suka melihat apa yang mereka lakukan terhadap dolar Amerika,” tuturnya.

Saat disinggung mengenai apakah kripto bisa menjadi alternatif, Roger menjawab:

“Bisa jadi. Banyak orang telah menghasilkan banyak uang dengan berdagang crypto.”

Dia menjelaskan bahwa crypto bull mengatakan bahwa cryptocurrency akan menjadi uang baru. “Saya tahu bahwa setiap negara di dunia sekarang sedang mengerjakan uang komputer, termasuk AS,” katanya. Namun, Rogers melihat bahwa AS tidak akan mengatakan itu adalah uang baru.

Mengenai cryptocurrency, ia mencatat bahwa pemerintah menyukai kontrol dan pemerintah menyukai monopoli.

"Saya tidak menyukainya tetapi begitulah pemerintah, dan saya hanya menduga bahwa mereka akan mengenakan pajak atau mengaturnya atau melarangnya atau semacamnya karena mereka tidak ingin kehilangan kendali," ujarnya.

Rogers telah memperingatkan bahwa pemerintah dapat melarang cryptocurrency pada beberapa kesempatan. Dia mengatakan itu adalah alasan dia tidak berinvestasi di bitcoin. Namun, pada Mei tahun lalu, dia mengaku menyesal tidak berinvestasi di BTC.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement