Rabu 09 Mar 2022 22:56 WIB

Di Tengah Kemungkinan Penutupan Kedutaan, Warga AS Diminta Tinggalkan Rusia

Warga yang tidak bisa tinggalkan Rusia diminta pikirkan rencana hidup tanpa kedutaan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Reiny Dwinanda
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Rusia, John Sullivan  berjalan melewati paket bantuan medis dari Amerika Serikat untuk penanganan Covid-19, di Bandara Internasional Vnukovo di luar Moskow, Rusia, 4 Juni 2020. Dia telah meminta warga AS untuk segera meninggalkan Rusia.
Foto: EPA-EFE/PAVEL GOLOVKIN / POOL
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Rusia, John Sullivan berjalan melewati paket bantuan medis dari Amerika Serikat untuk penanganan Covid-19, di Bandara Internasional Vnukovo di luar Moskow, Rusia, 4 Juni 2020. Dia telah meminta warga AS untuk segera meninggalkan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Rusia, John Sullivan, pada Rabu (9/3/2022) meminta warganya untuk meninggalkan Rusia atau memikirkan rencana tentang bagaimana tinggal di negara itu tanpa bantuan kedutaan. Seruan tersebut dilontarkan di tengah kekhawatiran tentang kemungkinan penutupan misi AS oleh pemerintah Rusia.

"Rekomendasi kami adalah tinggalkan Rusia sekarang. Jika Anda berpikir untuk pergi, jika Anda dapat pergi, pergilah sekarang. Atau jika Anda tidak akan pergi sekarang, pikirkan rencana bagaimana Anda akan tinggal di sini tanpa bantuan dari kedutaan, karena pemerintah Rusia mungkin menutup kedutaan," kata Sullivan, dilansir Anadolu Agency, Rabu (9/3/2022).

Baca Juga

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Selasa (8/3/2022) memberlakukan larangan impor minyak dan energi lainnya dari Rusia. Sebelumnya, Rusia memperingatkan bahwa harga minyak bisa melonjak hingga lebih dari 300 dolar AS per barel, jika Amerika Serikat dan Uni Eropa melarang impor minyak mentah dari Rusia.

Rusia mengatakan, Eropa mengonsumsi sekitar 500 juta ton minyak per tahun. Rusia memasok sekitar 30 persen dari konsumsi minyak Eropa atau sebesar 150 juta ton, termasuk 80 juta ton petrokimia.

Ekonomi Rusia menghadapi krisis paling parah sejak kejatuhan Uni Soviet pada 1991. Kini Barat memberlakukan sanksi yang melumpuhkan hampir seluruh sistem keuangan dan perusahaan Rusia, menyusul invasi Moskow ke Ukraina.

Biden mengatakan, larangan impor minyak dari Rusia mendapatkan dukungan bipartisan di Kongres. Dia mengatakan, banyak sekutu dan mitra Eropa mungkin tidak dalam posisi untuk bergabung dengan langkah larangan impor tersebut.

Biden mengatakan, AS memproduksi minyak lebih banyak di dalam negeri daripada gabungan semua negara Eropa. Sementara AS adalah pengekspor energi bersih.

"Jadi, kami dapat mengambil langkah ini ketika yang lain tidak bisa. Tapi, kami bekerja sama dengan Eropa dan mitra kami untuk mengembangkan strategi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan mereka pada energi Rusia juga," ujar Biden.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement