REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, M Jamiluddin Ritonga l, mengatakan, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan merupakan satu-satunya calon presiden (capres) potensial di luar lingkar kekuasaan Istana Kepresidenan. Hal itu dapat dilihat dari hasil berbagai survei lembaga kredibel yang menempatkannya selalu di urutan tiga besar.
"Anies bersama Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo selalu bergantian menempati elektabilitas urutan pertama. Dari tiga nama tersebut memang Anies yang berada di luar lingkar kekuasaan Istana. Sementara Prabowo dan Ganjar merupakan bagian dari lingkar kekuasaan Istana," kata Jamiluddin kepada Republika di Jakarta, Jumat (11/3).
Dia menyebut, Anies jug capres potensial dari kelompok yang selama ini berseberangan dengan kebijakan Istana. Bahkan, kata dia, tidak berlebihan Anies dianggap capres dari para oposan. Menurut Jamiluddin, wajar apabila Anies kerap mendapat serangan dari buzzer. Para buzzer pun secara konsisten berupaya menafikan kinerja Anies dan menjatuhkan kredibilitas eks rektor Universitas Paramadina tersebut.
"Anies kerap digambarkan gubernur yang tidak tahu kerja. Para buzzer tidak pernah mau mengakui prestasi Anies baik nasional dan internasional," kata Jamiluddin.
Dia menyebut, pola yang digunakan buzzer itu bertujuan untuk memberi image buruk terhadap Anies. Jamiluddin menganalisis, kerja buzzer membuat Anies terlihat gagal dan menyampaikan informasi negatif secara terus-menerus kepada masyarakat agar lapisan bawah percaya.
"Semua itu bertujuan untuk menggagalkan Anies sebagai capres. Anies di-framing sebagai sosok yang tak pantas menjadi capres," kata Jamiluddin.