REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perang Salib dan Zaman Dekolonisasi, objek-objek terpilih dari 18 ribu koleksi museum pribadi bergabung dengan harta yang dipinjam dari kolektor pribadi untuk menceritakan kisah tentang era yang bergejolak dan menentukan dalam sejarah manusia.
Dari 1095 hingga 1301, orang-orang Kristen di bawah pemerintahan Paus berusaha merebut Tanah Suci di Mediterania Timur dari penguasa Islam yang kuat, menelan biaya jutaan nyawa dan mengubah dunia selamanya.
Seperti yang dijelaskan oleh pameran ini, perang dunia ini melibatkan hampir semua negara Eropa di satu sisi dan, di sisi lain, tentara Muslim, Suriah Raya, Turki, Mesir, dan Arab.
Seluruh dunia berkumpul dan orang-orang tumbuh bersama, tetapi itu hanya untuk waktu yang sangat singkat, 45 tahun, karena saat itulah Black Death datang.
"Setelah perang berkecamuk selama 206 tahun, dunia telah berubah,” kata kurator pameran dan Direktur Museum, Profesor Martin Bommas, dilansir dari laman Lighthouse, Senin (14/3/2022).
"Orang-orang Eropa sudah muak dengan pemerintahan Vatikan dan mulai mendirikan monarki, ide-ide politik baru muncul dan orang-orang terhubung melalui perdagangan. Sastra Arab memengaruhi Barat dan arsitektur Barat perlahan-lahan diperkenalkan melalui timur.
Dalam refleksi serius dari zaman kita sekarang, Kairo sendiri mengalami 50 gelombang Black Death dalam 150 tahun. Di seluruh dunia yang dikenal, sembilan juta orang meninggal. "Tetapi dengan mudah menjadi tiga kali lebih banyak (korbannya)," kata Bommas.