REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Seorang atlet Mesir mengecam kemunafikan pada aturan yang berkaitan dengan pencampuran politik dan olahraga selama ini. Sementara saat ini banyak pihak melakukannya untuk mendukung Ukraina di tengah invasi Rusia.
Dilansir dari The New Arab, Ahad (13/3/2022), atlet olahraga squash Mesir Ali Farag yang memenangkan gelar Kejuaraan Optasia di Wimbledon Club di London menggunakan pidato kemenangannya untuk mengatakan hal ini. Ia mengkritisi kemunafikan aturan yang membuat para atlet dihukum karena berbicara tentang politik, termasuk penindasan yang dihadapi oleh orang-orang Palestina selama bertahun-tahun.
“Kami tidak pernah diizinkan berbicara tentang politik dalam olahraga, tetapi tiba-tiba sekarang diizinkan,” kata Farag sambil menyerukan kepada orang-orang untuk melihat penindasan di mana-mana di dunia, termasuk Palestina.
"Kita semua melihat apa yang terjadi di dunia saat ini dan tidak ada yang senang dengan apa yang terjadi. Tidak ada yang harus menerima pembunuhan apa pun di dunia, penindasan apa pun. Maksud saya, orang-orang Palestina telah melalui itu selama 74 tahun terakhir dan, yah, saya kira karena itu tidak sesuai dengan narasi media Barat, kami tidak bisa membicarakannya, tapi sekarang setelah kita bisa bicara tentang Ukraina, kita bisa bicara tentang Palestina. Jadi tolong ingat itu,"ujarnya.
Videonya terkait pidato itu menjadi viral di platform media sosial. Banyak yang memuji Farag karena berani berbicara.
"Menjauhkan politik dari olahraga tidak akan pernah bisa digunakan sebagai alasan lagi," kata seorang pengguna Twitter.
"Saya berharap tragedi di Ukraina ini akan mengubah sesuatu untuk orang-orang yang tertindas dan menyerbu di mana-mana," kata pengguna Twitter lainnya.
"Permainan yang adil untuknya. Saya sedikit emosional ketika dia menyebut orang-orang Palestina. Saatnya berhenti selektif (mengutuk), saatnya membela semua negara yang tertindas," tambah yang lain.
Rusia telah terpukul keras oleh sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah invasi 24 Februari ke Ukraina, termasuk melarang tim Rusia mengambil bagian dalam turnamen dan permainan internasional. Para atlet juga mendukung penuh Ukraina, mengundang kemarahan banyak orang di seluruh dunia atas apa yang mereka anggap sebagai standar ganda.
Hal ini karena para pemain sering diminta menjauhkan politik dari olahraga ketika itu terkait dengan Palestina. Sementara, Israel terus mencaplok wilayah, menghancurkan rumah, dan secara sewenang-wenang menangkap dan membunuh warga Palestina hampir setiap hari, menentang hukum internasional dalam banyak kasus.