Jumat 18 Mar 2022 03:17 WIB

Tiga Pendiri Startup Chickin Masuk Forbes 30 Under 30

Startup Chickin milik mahasiswa UB raih pendanaan dari tiga investor global

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Tiga mahasiswa Universitas Brawijaya menciptakan startup agriculture bagi Peternak Ayam bernama
Foto: humas UB
Tiga mahasiswa Universitas Brawijaya menciptakan startup agriculture bagi Peternak Ayam bernama "Chickin" yang telah diunduh ribuan peternak ayam di Indonesia. Melalui IoT & AI, Chickin dapat meningkatkan produktivitas peternak hingga 25 persen lebih tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tiga mahasiswa Universitas Brawijaya menciptakan startup agriculture bagi Peternak Ayam bernama "Chickin" yang telah diunduh ribuan peternak ayam di Indonesia. Melalui IoT & AI, Chickin dapat meningkatkan produktivitas peternak hingga 25 persen lebih tinggi. 

Salah satu peternak Yudi, Chickin Apps sangat membantu dalam pengelolaan atau manajemen pemeliharaan. Apabila dilakukan dengan SOP yang ketat, sistem pemeliharaan akan efisien untuk pakan. "Mortalitas bisa ditekan dengan cara pencegahan dan pengobatan yang presisi," kata Yudi yang juga merupakan anggota komunitas peternak.

Chickin Indonesia (Chickin) dibangun oleh Ashab Alkahfi (Agroekoteknologi FP) sebagai President. Kemudian Tubagus Syailendra (Hubungan Internasional FISIP) sebagai CEO, dan Ahmad Syaifullah (Sistem Informasi FILKOM) sebagai Chief Technology Officer. Atas inovasinya ini, dua Founder Chickin Indonesia, Ashab Alkahfi dan Tubagus Syailendra pun menjadi bagian dari Forbes Indonesia 30 Under 30 yang dirilis beberapa waktu lalu.

Ashab mengatakan, proyek pembuatan startup tersebut telah dimulai sejak mereka duduk di bangku kuliah pada semester dua. Awalnya, dia dan timnya melakukan riset dan pengembangan di Klaten, Jawa Tengah(Jateng). 

Di Klaten, Ashab dan teman-temannya menjadi peternak. Lalu membangun kandang dan mulai usaha ternak ayam sampai akhirnya ketemu banyak permasalahan yang dihadapi peternak lokal. "Dari situ kita mencoba solve problem dengan menggunakan teknologi," kata Ashab dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (17/3/2022).

Ashab menambahkan melalui Chickin, peternak tidak perlu melakukan pengontrolan iklim kandang ayam secara manual. Peternak ayam bisa melakukan mengontrol iklim dari rumah. 

Dengan teknologi ini, peternak bisa memasukkan data seperti sarana produksi peternak atau sapronak, data harian dan data penjualan. Dengan demikian, performa lebih terukur dan dapat meminimalisir resiko melalui tindakan preventif.

Beberapa fitur yang ada pada Chickin Apps, yaitu kelola kandang, kelola data kandang, dan konfigurasi IoT. Hal ini bisa disesuaikan dengan keadaan cuaca, suhu dan kelembaban bahkan umur ayam.

Saat ini, selain dengan 14 rumah potong, Chickin juga bermitra dengan 100 industri makanan untuk sebagai penyuplai daging ayam. Ashab berharap nantinya Chickin bisa memberikan dampak positif yang lebih banyak bagi peternak.

Teknologi modernisasi peternakan yang dikembangkan secara gratis tersebut merupakan binaan Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis (DI2B) Universitas Brawijaya. Saat ini Chickin mencatat pertumbuhan bisnis 22x dalam 10 bulan terakhir. Kemudian juga telah menutup putaran pendanaan seed round sebesar Rp 35 miliar dengan tiga investor global. 

Ashab menargetkan ada peningkatan omzet sebesar Rp 500 miliar di akhir 2022. "Dengan 10 juta ekor ayam yang diberdayakan setiap bulan," kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement