REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Realisasi produksi padi Food Estate Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) diapresiasi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan atas kerja keras petani dan penyuluh di Kabupaten Sumba Tengah, NTT.
Hal itu dikemukakan oleh Menko Luhut Binsar Pandjaitan pada dialog interaktif dengan Ribka Buru, penyuluh pertanian Sumba Tengah melalui Agriculture War Room Kementerian Pertanian RI (AWR Kementan). Hadir Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo beserta jajaran eselon satu Kementan, di antaranya Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi.
"Saya kira Mentan Syahrul sudah habis-habisan mendukung peningkatan produksi pertanian dan mensejahterakan petani, karena itu adalah keinginan dari pemerintah," kata Menko Luhut.
Dia mengapresiasi kinerja Ribka Buru bersama petani, penyuluh dan stakeholders di Food Estate Sumba untuk meningkatkan produksi padi. "Saya lihat sekarang produksi padi naik lima hingga enam ton per hektar [Food Estate Sumba] yang tadinya cuma tiga sampai empat ton per hektar. Itu sebabnya kita dari laporan data BPS [Badan Pusat Statistik] masalah beras tidak kurang," kata Menko Marves Luhut.
Dipandu Dedi Nursyamsi selaku host, Ribka Buru, menguraikan kondisi terkini pertanaman padi di Food Estate Sumba melaporkan pertanaman padi siap panen pada April 2022 kepada Menko LBP dan Mentan Syahrul.
"Khusus wilayah binaan saya, varietas padi yang akan dipanen adalah Inpari 32 pada hamparan seluas 30 hektar," kata Ribka secara virtual melalui AWR.
Ribka mengakui terjadi peningkatan produktivitas padi setelah adanya program Food Estate Sumba. "Produktivitas untuk tahun kemarin kita peroleh 4,5 hingga lima ton per hektar. Sebelum food estate, hanya di kisaran 2,5 hingga tiga ton per hektar."
Menko Luhut menambahkan bahwa pemerintah akan menyediakan bibit unggul agar pendapatan petani meningkat, sehingga tingkat kemiskinan turun dan petani tambah sejahtera. "Itu pesan Presiden Joko Widodo kepada saya, pokoknya pertanian harus didorong, makanya saya datang ke kantornya Mentan."
Sementara itu, Mentan Syahrul menambahkan, produksi padi memang menjadi program prioritas selama dua tahun ini. Terbukti, meski Indonesia menerjang badai pandemi yang sangat dahsyat, sektor pertanian tetap tumbuh dengan baik.
"Dalam dua tahun ini, kami konsentrasikan kerja kami pada ketahanan pangan, khususnya padi. Dua tahun ini yang lain turun, hanya pertanian yang tumbuh. Ekspor kita naik terus, bahkan sampai Rp625,04 triliun atau naik 38,68 persen," kata Mentan.
Dia menambahkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) Indonesia selama dua tahun ini juga tumbuh bahkan tembus 108,83. "Ini hanya terjadi zaman orde baru. Itulah kerja kita semua pakai data," ungkap dia.
Fungsi AWR
Sebelum menyapa petani dan penyuluh, Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan fungsi AWR Kementan.
"Secara harfiah, AWR adalah ruangan peperangan pertanian, tapi maksud peperangan di sini adalah untuk membangun pertanian nasional," kata Dedi kepada Menko Marves Luhut.
Dedi mengatakan, AWR yang berpusat di Jakarta ini terhubung ke Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] selaku Komando Strategis Pembangunan Pertanian [KostraTani] yang saat ini tercatat 5.996 KostraTani pada setiap kecamatan di seluruh Indonesia.
Kemudian, Dedi Nursyamsi menguraikan tentang Lima Peran AWR. Pertama, sebagai pusat data dan informasi terkait luasan tanam komoditas pertanian dari level nasional hingga level yang paling rehdah yaitu desa.
AWR ini, katanya lagi, juga sebagai pusat gerakan pembangunan pertanian. "Gerakan pembangunan pertanian ini ada di kecamatan. Mentan Syahrul sering menyebutnya sebagai KostraTani."
Peran ketiga, sebagai pusat pembelajaran, melalui AWR, Kementan melakukan pelatihan dan pendidikan penyuluhan secara virtual. "Akhir bulan lalu kami latih 1,6 juta petani dan penyuluh dari sini."
Keempat, AWR berperan sebagai pusat konsultasi agribisnis pertanian terkait bagaimana menghubungkan petani dengan offtaker, dengan integrator, dan dengan bank untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
"Terakhir, peran AWR untuk membangun jejaring kerja sama dengan stakeholder yang lain, mulai dari penyedia sarana prasarana, pupuk, benih, Alsintan hingga eksportir," kata Dedi Nursyamsi.