Selasa 22 Mar 2022 15:20 WIB

Pentingnya Peran Ayah untuk Atasi Stunting

Kesehatan ibu dan anak sangat berkorelasi dengan peran ayah.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
ilustrasi Stunting. Ayah atau suami juga memiliki peran penting dalam mengatasi stunting.
Foto: Republika/Mardiah
ilustrasi Stunting. Ayah atau suami juga memiliki peran penting dalam mengatasi stunting.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seringkali untuk mengatasi masalah kekerdilan (stunting) hanya fokus pada ibu atau istri. Padahal, ayah atau suami juga memiliki peran penting dalam mengatasi stunting.

Plt Direktur Bina Penggerakan Lini Lapangan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) I Made Yudhistira Dwipayama menegaskan, ayah sangat berperan dalam bidang kesehatan keluarga, termasuk stunting. "Ayah atau suami dalam keluarga tentu harus bisa menjaga istri dan pasangan dengan mengingatkannya, memutuskan kehamilan istri yang berikutnya. Sebab, ayah atau suami memiliki peran yang sangat penting dalam memutuskan di keluarganya," ujarnya saat berbicara di konferensi virtual, Selasa (22/3/2022).

Baca Juga

Artinya, dia melanjutkan, kesehatan ibu dan anak sangat berkorelasi dengan peran ayah. Sebab, ayah memiliki pengaruh dalam keputusan keluarga. Oleh karena itu, dia melanjutkan, BKKBN juga memiliki slogan suami siaga untuk membantu mengingatkan bahkan memfasilitasi istri untuk cek kandungan.

Namun, ia mengingatkan jauh sebelum itu, ketika laki-laki akan menjadi ayah, dia juga harus menyiapkan sperma. Ia menyontohkan, merokok ternyata membuat kualitas sperma tidak bagus. Sehingga, para calon ayah diharapkan menjaga kesehatan, termasuk berhenti merokok. Tujuannya tentu untuk mencegah stunting anak yang dikandung oleh istrinya.

"Jadi, stunting bukan hanya melulu urusan ibu melainkan juga ayah menjaga kesehatan dan gaya hidup seperti olah raga, tidak merokok," katanya.

Di kesempatan yang sama, Kepala Subdirektorat Bina Keluarga Sakinah Kementerian Agama (Kemenag) Agus Suryo Suripto menambahkan, seringkali laki-laki merasa berkuasa penuh atas istri.

"Padahal, antara suami dan istri akan harmonis kalau ada relasi kesetaraan," katanya.

Dia menyontohkan, suami tidak merasa mentang-mentang bekerja dan capek kemudian ketika pulang sampai ke rumah kemudian langung minta dilayani istri. Padahal, sang istri sedang mengasuh anak. Ia menambahkan, Kemenag menekankan bagaimana suami mengatur diri sendiri dan menganggap bahwa istri bukanlah subordinat suami.

"Istri bukan pelayan suami tetapi istri adalah partner suami dimana keduanya bekerja sama secara setara untuk mewujudkan keluarga harmonis," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement