Rabu 23 Mar 2022 16:34 WIB

Negara-Negara yang Kasus Covid-19-nya Melonjak

Peningkatan kasus Covid-19 saat ini di Inggris disebabkan subvarian BA.2 omicron.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Negara-negara yang kasus Covid-19-nya melonjak. (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Negara-negara yang kasus Covid-19-nya melonjak. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS) sedang menurun, meski beberapa negara sedang menyaksikan peningkatan infeksi. Para ahli percaya hanya masalah waktu sebelum AS mengikuti beberapa negara itu.

"AS biasanya mengikuti Eropa sekitar dua hingga empat pekan. Kami telah melihat ini selama pandemi, dan sangat mungkin kami akan melihat lonjakan di AS selama satu hingga tiga pekan ke depan," kata Direktur Institut Imunologi di University of Pennsylvania, John Wherry, dilansir di Eat This, Not That!, Rabu (23/3/2022).

Baca Juga

Berikut lima negara di mana Covid-19 dan variannya melonjak saat ini: 

1. Inggris

Peningkatan kasus Covid-19 saat ini di Inggris disebabkan oleh subvarian BA.2 omicron. Angka menunjukkan 3,3 juta orang dites positif dalam sepekan yang berakhir pada 12 Maret, dibandingkan dengan 2,6 juta dari pekan sebelumnya.

"Meningkatnya kehadiran keturunan BA.2 dari omicron dan sedikit peningkatan infeksi baru-baru ini pada mereka yang berusia di atas 55 tahun menunjukkan bahwa pandemi belum berakhir,” kata Kepala Eksekutif Badan Keamanan Kesehatan Inggris, Jenny Harry.

2. China daratan

China Daratan sedang menghadapi lonjakan Covid-19 terburuk sejak pandemi dimulai, dengan kota-kota Shenzhen dan Dongguan menerapkan karantina wilayah selama sepekan untuk mencoba dan mengendalikan peningkatan infeksi.

Menurut laporan Moody's Analytics, China mungkin cukup awal dalam menghadapi gelombang subvarian omicron. Kebijakan karantina wilayah ditargetkan untuk mengurangi kasus Covid-19 menjadi nol pada akhir Maret. Tidak seperti situasi di Hong Kong, di mana lonjakan kasus saat ini telah berlangsung sejak Februari tanpa karantina wilayah. Ini akan menjadi ujian terbesar bagi sikap nol Covid-19 di China.

3. Hong Kong

Subvarian BA.2 juga menimbulkan kekhawatiran di Hong Kong, yang menghadapi wabah Covid-19 terburuk sejak awal pandemi. Para pejabat mengatakan kota itu tidak memiliki sumber daya yang sama dengan China daratan untuk menghadapi lonjakan tersebut.

"Hong Kong sangat berbeda dari banyak kota di daratan dan oleh karena itu kami tidak dapat membandingkannya," kata pemimpin Hong Kong, Carrie Lam.

Lam mengatakan pemerintah masih mempertimbangkan ihwa apa yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini. “Jika Anda ingin kami mengikuti apa yang dilakukan Shenzhen, yaitu memperkenalkan pengujian universal wajib dalam tiga hari, saya khawatir kami tidak sanggup. Ini adalah kenyataan yang harus kita hadapi,” ujar Lam.

4. Australia

Kasus Covid-19 sedang meningkat di Australia, dengan subvarian BA.2 diperkirakan menjadi jenis yang dominan dalam beberapa bulan mendatang. Ketua Yayasan Biostatistik di University of South Australia dan mantan ahli epidemiologi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Adrian Esterman, menyebut bahwa secara keseluruhan subvarian BA.2 sebenarnya serupa dalam hal tingkat keparahannya dengan BA.1.

“Kami melihat tingkat rawat inap, tingkat penerimaan ICU, dan tingkat kematian yang sangat mirip," kata Esterman.

Dia menyebut bahwa banyak pasien berusia muda yang terinfeksi, di mana mayoritas orang yang terinfeksi adalah anak-anak sekolah dan orang-orang berusia remaja awal 20-an. Pasien-pasien ini mengurangi tingkat rawat inap di rumah sakit.

“Jadi kami tidak akan melihat rawat inap naik secara dramatis, tapi saya pikir mereka (pasien) akan stabil atau naik sedikit, yang tidak terlalu buruk karena saat ini negara bagian dan teritori benar-benar dapat mengendalikannya,” ujar Esterman.

5. Korea Selatan

Korea Selatan memimpin dunia dalam infeksi baru, yang melaporkan lebih dari 600 ribu per hari. Profesor rekanan klinis pediatri di Rumah Sakit Universitas Korea Anam, Young June Choe, mengingatkan efektivitas vaksin yang terbatas terhadap infeksi omicron, maka ruang penyebaran komunitas atau kerentanan populasi bisa sangat tinggi, dibandingkan dengan negara lain yang mengalami lonjakan besar pada bulan-bulan sebelumnya.

"Kami telah mempersiapkan peningkatan jumlah pasien sejak omicron menjadi dominan. Jumlahnya jauh lebih besar dari yang diperkirakan,” kata pejabat senior di Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), Lee Sang-won.

Bagaimana agar tetap aman di luar rumah? Ikuti dasar-dasar kesehatan masyarakat dan bantu akhiri pandemi ini. 

Dapatkan vaksinasi atau dorong program itu berjalan secepatnya. Jika tinggal di daerah dengan tingkat vaksinasi rendah, maka kenakan masker wajah N95, jangan bepergian, lakukan jarak sosial, hindari kerumunan besar, jangan pergi ke dalam ruangan dengan orang yang tidak Anda kenali, dan praktikkan cuci tangan. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement