REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan alasan penyakit diabetes melitus (DM) yang ditemukan pada pasien Covid-19, memperparah kondisi pasien tersebut. Wiku melanjutkan, pasien Covid-19 dengan diabetes melitus juga berkontribusi pada tingginya angka kematian Covid-19.
Wiku mengatakan, kondisi ini terjadi karena salah satu aspek penentu terjadinya diabetes melitus atau DM berhubungan dengan sel bagian dalam pembuluh darah atau sel endotel.
"Sel ini sangat berperan pada infeksi Covid-19," kata Wiku dalam konferensi persnya secara virtual, Rabu (23/3).
Ia mengatakan, pada pasien diabetes juga, sistem kekebalan tubuh mengalami penurunan sehingga berpengaruh kepada produksi antibodi yang terbatas untuk melawan infeksi. Karena itu, untuk pasien Covid-19 dengan riwayat diabetes harus memastikan penyakit itu tetap terkendali dengan memastikan kadar gula tetap dalam rentang normal.
"Pastikan penyakit tersebut tetap terkendali dengan cara memastikan kadar gula darah tetap dalam rentang normal untuk penderita diabetes melitus dan pastikan mendapat pengobatan yang memadai dari dokter, konsumsi obat sesuai dengan dosis dan anjuran dokter," ujar Wiku.
Namun, Wiku menilai pencegahan menjadi hal perlu dilakukan masyarakat, khususnya kepada lansia dan orang yang memiliki riwayat penyerta.
"Sebagaimana dengan anjuran pencegahan covid-19 yang umum, termasuk juga pada lansia dan komorbid, hal-hal yang harus dilakukan adalah tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, menggencarkan vaksinasi, dan menjalani pola hidup yang sehat," katanya.
Untuk vaksinasi, Wiku mengingatkan penderita diabetes melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum divaksinasi. Orang dengan diabete melitus juga harus mencukupi kebutuhan gizi dengan diet harian sesuai dengan panduan pada pasien diabetes.
"Batasi atau hindari konsumsi gula, demi perlindungan yang menyeluruh vaksinasi juga harus digencarkan termasuk upaya booster," katanya.
Wiku juga mengingatkan rentang waktu sejak vaksin pertama kali disuntik sampai imunitas tubuh benar-benar terbentuk sekitar dua minggu.
"Ahli imunologi berpendapat, rata-rata imunitas terhadap Covid-19, dapat efektif terbentuk dalam tubuh setelah satu sampai dengan dua minggu setelah penyuntikan dilakukan," katanya.
Karena itu, ia berharap fakta ini menjadi penyemangat untuk masyarakat segera mendapatkan vaksin sebelum kembali aktif dalam melakukan kegiatan dan berinteraksi sosial pada skala yang lebih besar.
"Ingat, vaksin yang terbaik adalah vaksin yang paling cepat kita dapatkan karena semua jenis vaksin akan sama efektifnya tanpa memandang apa mereknya," katanya.