REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Perajin tempe di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai mengurangi produksi. Hal ini menyusul mahalnya harga kedelai impor sebagai bahan baku utama untuk membuat tempe. Di sisi lain, permintaan di pasaran juga lesu.
"Sejak ada kenaikan harga jual kedelai impor, saya memang sempat bertahan untuk tetap produksi hingga 2 kuintal kedelai per hari. Akan tetapi, ternyata harganya terus naik hingga saat ini mencapai Rp 12.000 per kilogram, akhirnya saya kurangi produksi," kata Suwarti, salah satu perajin tempe asal Desa Jati Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Kamis (24/3/2022).
Untuk saat ini, kata dia, penggunaan bahan baku kedelai dikurangi menjadi 1,5 kuintal per harinya. Sebab, ada terjadi tren penurunan permintaan tempe di pasaran.
Ia mencontohkan salah satu pelanggannya yang merupakan pedagang gorengan yang biasanya berbelanja 100 potong tempe ukuran kecil, sekarang hanya separuhnya. Selain terjadi kenaikan harga jual tempe, kata dia, kenaikan harga minyak goreng dan ketersediaan di pasaran juga turut mempengaruhi keputusannya mengurangi pembelian tempe.
Harga jual tempe mulai dinaikkan sejak tiga hari terakhir, dari sebelumnya untuk tempe ukuran kecil dijual Rp 2.000, kini dinaikkan menjadi Rp 2.500 per buah. Sedangkan ukuran besar yang awalnya Rp 15.000, kini naik menjadi Rp 17.000.
Sebelumnya, kata dia, harga masih tetap sama, namun ukurannya diperkecil. Akan tetapi semakin tingginya harga jual kedelai akhirnya harga dinaikkan dengan ukuran yang sudah diperkecil.
Siti Aminah, pedagang tahu di Pasar Bitingan juga mengakui hal yang sama bahwa harga jual tahu juga dinaikkan dari sebelumnya Rp 7.000 per 10 buah, kini naik menjadi Rp 8.000."Kenaikan tersebut menyesuaikan harga kulakan karena per papan tahu kini dinaikkan Rp 5.000 menjadi Rp 33.000 per papan. Sedangkan setiap papanberisi 147 potong tahu," ujarnya.
Manajer Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma'ruf membenarkan bahwa harga jual kedelai impor saat ini bertahan Rp12.000/kg. Harga jual kedelai impor sebesar itu, mengalami kenaikan sejak pertengahan Maret 2022 hingga sekarang belum juga turun.
Saat ini, stok kedelai untuk merek tertentu mulai tersendat pasokannya, sementara kualitas biasa masih tersedia. Stok kedelai impor di gudang masih tersedia sebanyak 45 ton, sedangkan permintaan berkisar 15 ton hingga 20 ton per harinya.