REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri perempuan pertama Amerika Serikat (AS) Madeleine Albright meninggal dunia pada Rabu (23/3/2022). Kepergiannya pada usia 84 tahun karena berjuang melawan kanker.
Albright dipilih oleh Presiden Bill Clinton untuk menjadi diplomat senior AS pada 1996. Dia diangkat dari duta besar AS menjadi perwakilan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan menjadi perempuan kedua yang memegang pekerjaan itu.
Sebagai menteri luar negeri, Albright adalah perempuan berpangkat tertinggi dalam sejarah pemerintah AS. Namun, dia tidak berada di garis suksesi kepresidenan, karena lahir di tempat yang saat itu bernama Cekoslowakia dan kini menjadi negara Ceko dan Slowakia.
"Kami telah kehilangan ibu, nenek, saudara perempuan, bibi, dan teman yang penuh kasih," kata keluarganya dalam sebuah pernyataan.
Presiden AS Joe Biden memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di Gedung Putih dan gedung-gedung federal lainnya hingga 27 Maret. Ucapan belasungkawa pun datang dengan cepat.
"Amerika tidak memiliki pendukung demokrasi dan hak asasi manusia yang lebih berkomitmen daripada Menteri Albright, yang tahu secara pribadi dan menulis dengan kuat tentang bahaya otokrasi," kata Biden.
Biden menyatakan, saat memikirkan Albright maka akan selalu teringat keyakinannya yang kuat. Dia meyakini bahwa AS adalah negara yang sangat diperlukan.
Sebagai seorang pengungsi dari Cekoslowakia yang melihat kengerian Nazi Jerman dan Iron Curtain. Clinton menyebut Albright merupakan salah satu menteri terbaik, Duta Besar PBB yang luar biasa, profesor yang brilian, dan manusia yang luar biasa.
"Karena dia tahu secara langsung bahwa keputusan kebijakan Amerika memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan dalam kehidupan orang-orang di seluruh dunia, dia melihat pekerjaannya sebagai kewajiban dan peluang," tulis Clinton.
Mantan Presiden George W. Bush mengatakan Albright menjalankan American dream dan membantu orang lain mewujudkannya. "Dia melayani dengan terhormat sebagai menteri luar negeri kelahiran asing yang memahami secara langsung pentingnya masyarakat bebas untuk perdamaian di dunia kita," katanya.
"Dampak yang dia miliki di gedung ini terasa setiap hari dan hampir di setiap koridor," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price yang pernah mengajar satu kelas dengan Albright di almamaternya, Georgetown University’s School of Foreign Service. Albright menjadi profesor selama beberapa dekade sebelum dan sesudah waktu terlebih di pemerintahan.
Pada 2012, Presiden AS Barack Obama memberikan penghargaan Medal of Freedom untuk Albright. Penghargaan kehormatan untuk sipil tertinggi bangsa ini dianugerahkan karena dia menjadi inspirasi bagi semua orang Amerika.
Lahir sebagai Marie Jana Korbel di Praha pada 15 Mei 1937, dia adalah putri seorang diplomat, Joseph Korbel. Keluarganya Yahudi dan memeluk agama Katolik Roma ketika berusia lima tahun. Tiga kakek-nenek Yahudinya meninggal di kamp konsentrasi.
Albright juga menulis beberapa buku dan menikah dengan jurnalis Joseph Albright, keturunan dinasti surat kabar Medill-Patterson Chicago pada 1959. Mereka memiliki tiga anak perempuan dan bercerai pada 1983.
Sosok Albright juga menyarankan perempuan untuk bertindak lebih percaya diri dan untuk mengajukan pertanyaan ketika itu terjadi dan jangan menunggu untuk bertanya. "Butuh waktu lama bagi saya untuk mengembangkan suara, dan sekarang setelah saya memilikinya, saya tidak akan tinggal diam,” katanya kepada HuffPost Living pada 2010.