REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia sedang mempertimbangkan untuk menerima mata uang lokal, rubel, sebagai pembayaran untuk ekspor minyak dan gas (migas) kepada negara-negara yang tidak bersahabat. Namun Rusia menetapkan pembayaran migas yang fleksibel kepada Turki dan China.
"Kepada negara-negara sahabat seperti Turki dan China, Rusia bersedia lebih fleksibel dengan opsi pembayaran," ujar Ketua Komite Duma Negara untuk Energi, Pavel Zavalny, dilansir Anadolu Agency, Jumat (25/3/2022).
Zavalny menjelaskan, Rusia telah mengusulkan agar China melakukan penyesuaian pembayaran migas dengan mata uang rubel maupun yuan. Sementara Turki dapat melakukan pembayaran dengan mata uang rubel dan lira.
"Mereka juga dapat membayar dengan Bitcoin," kata Zavalny.
Zavalny menambahkan bahwa, negara-negara sahabat juga dapat membeli gas alam dan membayarnya dengan emas. Menurut Zavalny, sejak Barat menjatuhkan sanksi, Rusia kesulitan untuk menjual gas alam dalam mata uang dolar atau euro.
Sebelumnya Presiden Vladimir Putin mengatakan, Rusia hanya akan menerima mata uang rubel untuk pembayaran gas dari "negara-negara tidak bersahabat" termasuk semua negara anggota Uni Eropa. Langkah ini diambil setelah Rusia menerima banyak sanksi atas invasi ke Ukraina.
"Saya telah memutuskan untuk mengimplementasikan serangkaian kebijakan pada pembayaran untuk pasokan gas kami ke negara-negara tak bersahabat ke rubel Rusia," kata Putin dalam rapat pemerintah yang disiarkan televisi seperti dikutip Alarabiya.
Putin memerintahkan agar perubahan ini segera diimplementasikan dalam waktu satu pekan. Putin mengatakan, Rusia akan berhenti menerima pembayaran dengan mata uang lain yang selama ini telah dikompromikan.
"Rusia akan terus memasok gas dalam volume yang telah ditetapkan dalam kontrak sebelumnya," kata Putin.
Putin juga menggambarkan pembekuan aset Rusia di luar negeri tidak sah. Putin mengatakan, Amerika Serikat dan Uni Eropa telah mendeklarasikan "kegagalan nyata" pada obligasi mereka terhadap Rusia.
"Sekarang semua orang di dunia tahu obligasi pada dolar dapat digagalkan," ujar Putin.