Ahad 27 Mar 2022 12:21 WIB

Khawatir tak Mempan Lawan 'Son of Omicron', Izin Penggunaan Sotrovimab Dibekukan

Sotrovimab merupakan antibodi monoklonal buatan GlaxoSmithKline-Vir Biotechnology.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Obat Covid-19 (ilustrasi). Son of omicron alias subvarian BA.2 dikhawatirkan resisten terhadap obat perawatan pasien Covid-19, yakni antibodi monoklonal sotrovimab. .
Foto: www.freepik.com
Obat Covid-19 (ilustrasi). Son of omicron alias subvarian BA.2 dikhawatirkan resisten terhadap obat perawatan pasien Covid-19, yakni antibodi monoklonal sotrovimab. .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pemerintah beberapa negara bagian di Amerika Serikat menghentikan sementara pemakaian salah satu perawatan antibodi monoklonal yang sebelumnya diizinkan untuk Covid-19. Izin penggunaan sotrovimab dibekukan di delapan negara bagian di tengah kekhawatiran pengobatan dari GlaxoSmithKline dan Vir Biotechnology itu akan gagal melawan varian omicron BA.2 alias "son of omicron".

Di tengah wabah strain BA.2, sotrovimab sekarang tidak lagi disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA) di delapan negara bagian, yakni Connecticut, Maine, Massachusetts, New Hampshire, Rhode Island, Vermont, New Jersey dan New York, serta Puerto Rico dan Virgin Islands. FDA mengumumkan hal tersebut pada Jumat (25/3/2022).

Baca Juga

Distribusi sotrovimab akan "segera" dihentikan di seluruh wilayah itu, menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan. Di daerah yang terkena dampak tersebut, "son of omicron" diperkirakan menyumbang lebih dari 50 persen kasus baru pada 19 Maret, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Varian BA.2 sangat dominan di Timur Laut, prevalensi yang tercermin dari wilayah di mana pemerintah telah menarik kembali lisensi sotrovimab. CDC memperkirakan BA.2 menyumbang lebih dari sepertiga kasus baru secara nasional.

Antibodi monoklonal telah menjadi andalan untuk pengobatan Covid-19. Kemampuan strain untuk meningkatkan angka rawat inap, terutama di antara pasien berisiko tinggi yang tidak divaksinasi, telah memengaruhi rencana penanganan Covid-19 Presiden AS Joe Biden.

Perusahaan farmasi GlaxoSmithKline plc (GSK) mengatakan kepada ABC News bahwa mereka sedang menyiapkan data tentang dosis pengobatan yang lebih tinggi untuk melihat apakah itu akan bertahan lebih baik terhadap BA.2. Sementara itu, FDA mengatakan akan terus memantau subvarian tersebut. Para pejabat dapat menarik lebih jauh lagi otorisasi Sotrovimab jika diperlukan.

Saat ini, pengiriman negara bagian lain tidak akan terpengaruh. Kementerian Kesehatan dan Layanan Masyarakat mencatat pada bahwa pengobatan alternatif lain, seperti antivirus oral Pfizer dan Merck serta terapi antibodi monoklonal Eli Lilly, masih diharapkan untuk bertahan melawan BA.2.

Negara-negara bagian tersebut masih dapat terus meminta pesanan obat Pfizer, MErck, dan Eli Lilly. Ini bukan pertama kalinya batasan baru diterapkan pada pengobatan Covid-19 ketika suatu variant of concern mulai menyebar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement