REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Permukaan air laut naik dengan cepat. Permukaan iar laut meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 0,06 inci (1,4 millimeter) per tahun di sebagian besar abad ke-20 menjadi 0,14 inci (3,6 millimeter) per tahun dari 2006 hingga 2015. Hal ini disampaikan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA).
NOAA memperkirakan bahwa permukaan laut kemungkinan naik setidaknya 1 kaki (0,3 meter) di atas tingkat yang terlihat pada tahun 2000. Sementara Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB memperkirakan bahwa air laut akan naik 16 hingga 25 inci (40 hingga 63 sentimeter) pada tahun 2100.
Jika permukaan laut naik sejauh ini, hal tersebut bisa mendatangkan malapetaka di seluruh dunia. Sebanyak 250 juta orang, yang mencakup semua Benua, dapat dipengaruhi secara langsung pada tahun 2100, menurut sebuah studi tahun 2019 di jurnal Nature Communications dilansir dari laman Live Science, Senin (28/3/2022).
Apakah negara, kota atau negara bagian ini akan hilang karena kenaikan air laut. Adakah yang bisa dilakukan untuk mencegah bencana ini?
"Kota atau negara yang akan menghilang tergantung kepada kita sebagai manusia melakukan sesuatu untuk melawan ancaman itu," kata Gerd Masselink, Profesor Geomorfologi Pesisir di University of Plymouth di Inggris kepada Live Science melalui email.
"Wilayah Belanda banyak yang sudah berada di bawah permukaan air laut, tetapi tidak menghilang, karena Belanda sedang membangun dan memelihara pertahanan pantai mereka," ujar Gerd.
Lantas negara mana yang akan paling terpengaruh dengan naiknya permukaan air laut? Pertama, mari kita lihat negara-negara dengan ketinggian terendah.
Menurut Union of Concerned Scientists (UCS), Maladewa, yang terdiri dari 1.200 pulau karang kecil dan rumah bagi sekitar 540 ribu orang, adalah negara terdatar di Bumi, dengan ketinggian rata-rata hanya 3 kaki (1 m).
Jika Maladewa mengalami kenaikan permukaan laut pada urutan hanya 1,5 kaki (45 cm), Maladewa akan kehilangan sekitar 77 persen dari luas daratannya pada tahun 2100, menurut UCS.
Negara lain dengan ketinggian rata-ratanya yang sangat rendah sekitar 6 kaki (1,8 m) di atas permukaan laut adalah Kiribati. Pulau kecil di jantung Pasifik ini, dengan populasi hampir 120 ribu orang, bisa kehilangan dua pertiga daratannya jika permukaan laut naik 3 kaki.
Bahkan, hampir semua orang yang tinggal di pulau Pasifik kemungkinan besar akan sangat terpengaruh oleh naiknya permukaan air laut. Sekitar 3 juta penduduk pulau Pasifik tinggal dalam jarak 6,2 mil (10 km) dari pantai. Oleh karena itu, mungkin penduduknya perlu pindah sebelum akhir abad ini. Hal ini disampaikan Science and Development Network, sebuah organisasi nirlaba yang fokus memfasilitasi pembelajaran ilmiah.
Kenaikan permukaan laut telah menyebabkan hilangnya setidaknya lima pulau karang bervegetasi yang sebelumnya merupakan bagian dari Kepulauan Solomon, dengan enam pulau lainnya mengalami resesi garis pantai yang parah, menurut sebuah studi tahun 2016 di jurnal Environmental Research Letters.
Kepulauan Pasifik ini, meskipun sangat terancam, cenderung memiliki populasi yang relatif kecil. Jadi, negara besar mana yang mungkin paling terpukul?
Negara paling banyak orang yang berpotensi terkena dampak perubahan permukaan laut adalah China, dengan 43 juta orang berada di lokasi pesisir yang berbahaya.
Negara-negara lain yang menghadapi masalah besar terkait dengan kenaikan permukaan laut juga Bangladesh, di mana 32 juta orang akan terancam pada tahun 2100, dan India dengan 27 juta orang yang terancam kenaikan permukan air laut. Hal ini disampaikan proyek Adaptasi Kehidupan yang didanai Uni Eropa.
Jadi, berbagai negara di seluruh dunia bersiap untuk melihat konsekuensi kenaikan permukaan laut secara langsung pada akhir abad ini dan jutaan orang akan terpengaruh. Memang tampaknya tidak mungkin negara-negara yang memiliki ketinggian sangat rendah akan hilang seluruhnya pada tahun 2100, meskipun mungkin hanya masalah waktu sebelum beberapa daratan tertutup oleh lautan.