Rabu 30 Mar 2022 05:06 WIB

Varian Omicron BA.2 Kini Dominan di Seluruh Dunia

Varian omicron BA.2 mendominasi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Varian Omicron BA.2 Kini Dominan di Seluruh Dunia. Foto:    Tim Satuan Tugas COVID-19 Kota Medan memeriksa empat sampel swab antigen pengunjung salah satu kafe saat razia protokol kesehatan di Marelan, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (12/3/2022) malam. Kegiatan tersebut bertujuan memperketat penerapan prokes di tempat-tempat umum guna mencegah penyebaran virus corona khususnya varian omicron.
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Varian Omicron BA.2 Kini Dominan di Seluruh Dunia. Foto: Tim Satuan Tugas COVID-19 Kota Medan memeriksa empat sampel swab antigen pengunjung salah satu kafe saat razia protokol kesehatan di Marelan, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (12/3/2022) malam. Kegiatan tersebut bertujuan memperketat penerapan prokes di tempat-tempat umum guna mencegah penyebaran virus corona khususnya varian omicron.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sub-varian virus korona omicron yakni BA.2 kini mendominasi angka kasus infeksi di seluruh dunia. Lonjakan kasus infeksi di banyak negara Eropa dan Asia meningkatkan kewaspadaan potensi gelombang baru di Amerika Serikat (AS).

Pada Selasa (29/3) WHO mengumumkan kini BA.2 bertanggung jawab atas hampir 86 persen kasus infeksi di seluruh dunia. Varian ini lebih menular dibandingkan sub-varian omicron lainnya seperti BA.1 dan BA.1.1. Tapi sejauh ini menunjukkan hanya menimbulkan gejala ringan.

Baca Juga

Seperti sub-varian omicron lainnya vaksin kurang efektif bagi BA.2 dibandingkan varian Alpha atau varian virus korona yang asli. Proteksi yang diberikan vaksin juga berkurang seiring berjalannya waktu.

Namun menurut data Lembaga Kesehatan Inggris proteksi dapat dikembali dengan vaksin booster atau penguat. Terutama untuk mencegah rawat inap dan kematian.

Lonjakan kasus BA.2 kemungkinan terlihat dari merangkaknya angka positif di Cina serta beberapa negara Eropa seperti Jerman dan Inggris. Tapi sejumlah negara Eropa melihat perlambatan angka positif atau menurun.

BA.2 juga dikenal sebagai "varian siluman" karena lebih sulit dilacak. Gen yang hilang di BA.1 dapat dilacak dengan mudah dengan tes PCR. BA.2 dan saudaranya BA.3 yang juga meningkatkan prevalensi tapi saat ini di tingka tyang rendah, hanya dapat ditemukan melalui sekuens genom, teknologi yang tidak dimiliki banyak negara.

Kekhawatiran utama dari BA.2 adalah apakah sub-varian itu dapat menginfeksi ulang orang yang sudah memiliki BA.1 terutama sejumlah negara tampaknya mengalami "lonjakan ganda" rata-rata kasus infeksi. Tapi data dari Inggris dan Denmar menunjukkan omicron memang dapat menginfeksi lagi orang yang sudah terinfeksi varian lain seperti Delta.

Tapi hanya sedikit orang yang terinfeksi ulang BA.2 bagi orang yang sudah terinfeksi BA.1 dari puluhan ribu kasus. Ilmuwan mengatakan lonjakan BA.2 dapat disebabkan banyak negara yang mulai mencabut peraturan pembatasan sosial.

"Di beberapa cara, bisa jadi BA.2 varian yang menyebar ketika masyarakat berhenti memakai masker," kata virolog  Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health Dr Andrew Pekosz.

Sementara itu direktur Scripps Research Translational Institute Eric Topol mengatakan "masih terlalu dini" untuk menyatakan AS akan mengalami gelombang baru infeksi virus korona. Ilmuwan mengatakan apa pun alasannya lonjakan kasus infeksi BA.2 menjadi pengingat virus korona masih mengancam terutama bagi masyarakat yang tidak divaksin, kurang divaksin dan kelompok rentan.

"Ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang besr dan terus berlanjut," kata epidemiolog University of Edinburgh Mark Woolhouse. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement