Jumat 01 Apr 2022 03:47 WIB

Anak-Anak Afghanistan Kelaparan

Data PBB menyebut 23 juta warga Afghanistan menghadapi kelaparan

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Nur Aini
Seorang anak berdiri di luar rumahnya di lingkungan tempat banyak pengungsi internal telah tinggal selama bertahun-tahun, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 7 Desember 2021.
Foto: AP/Petros Giannakouris
Seorang anak berdiri di luar rumahnya di lingkungan tempat banyak pengungsi internal telah tinggal selama bertahun-tahun, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 7 Desember 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sudah lebih dari 24 jam sejak Farahanaz, nama samarannya, mendapatkan “makanan yang layak”.

 

Baca Juga

“Sebagai orang dewasa, kami dapat mengaturnya, tetapi ketika anak-anak meminta makanan, saya tidak tahu harus berkata apa kepada mereka,” kata mantan presenter radio berusia 24 tahun dari Afghanistan Utara dilansir dari Aljazirah.

Ketika keluarga bisa makan, seringkali hanya roti, dan terkadang dengan sayuran, disertai dengan teh hijau yang encer. Kadang-kadang ada gula untuk teh, yang menjadi kemewahan yang langka belakangan ini. 

Mereka berjuang untuk bertahan hidup setelah Farahanaz, satu-satunya pencari nafkah untuk keluarga dengan delapan orang, kehilangan pekerjaannya setelah Taliban mengambil alih Afghanistan Agustus lalu.

“Adik perempuan saya baru pulih dari operasi ketika Taliban mengambil alih kendali dan nyawanya terbalik. Dia kehilangan banyak berat badan, dan jatuh sakit ketika tidak cukup makan,” kata Farhanaz.  Tetapi keluarga juga tidak mampu membayar bantuan medis.

 

“Pada hari-hari yang lebih baik, saya adalah seorang presenter radio, dan juga bekerja sebagai guru paruh waktu. Antara saudara laki-laki saya, yang bekerja di pasukan keamanan Afghanistan, dan saya, kami dapat memberi makan dan merawat delapan anggota keluarga kami,” katanya.

“Saya bahkan mendukung pendidikan saya sendiri dan membiayai universitas saya, sambil membantu keluarga saya,” imbuhnya.

Namun, setelah pengambilalihan Taliban, saudara laki-laki Farahnaz terpaksa melarikan diri dari negara itu karena takut akan penganiayaan. Meninggalkannya sebagai satu-satunya pencari nafkah keluarga.

 

“Tetapi ketika saya pergi bekerja setelah jatuhnya pemerintahan sebelumnya, saya dikirim kembali. Saya kehilangan pekerjaan, dan telah berjuang untuk memberi makan keluarga saya selama tujuh bulan terakhir,” katanya.

Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Dr Ramiz Alakbarov, menyebutkan keluarga Farhanaz termasuk di antara 23 juta warga Afghanistan yang menghadapi kelaparan, dalam apa yang telah menjadi krisis kelaparan dengan ‘proporsi yang tak tertandingi’.

 

“Di Afganistan, 95 persen penduduknya tidak makan cukup makanan…Ini adalah angka yang sangat tinggi sehingga hampir tidak terbayangkan. Namun, yang menghancurkan, ini adalah kenyataan yang pahit,” kata Alakbarov dalam pernyataannya pada awal Maret, 

Jumlah itu menambahkan dari hampir 100 persen rumah tangga yang dipimpin perempuan mengalami kelaparan. Klaim Alakbarov tercermin dalam situasi Farhanaz.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement