Selasa 05 Apr 2022 07:28 WIB

NTP Sulawesi Utara Turun Selama Maret 2022

Menurunnya NTP karena penurunan It dan kenaikan Ib.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Petani menyiangi tanaman padinya yang baru berumur sebulan, Sabtu (26/3/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara menyatakan, Nilai Tukar Petani (NTP) di provinsi tersebut pada Maret 2022 turun 0,79 persen dan menjadi 110,04 dibandingkan Februari yang masih 110,91.
Foto: ANTARA/Basri Marzuki
Petani menyiangi tanaman padinya yang baru berumur sebulan, Sabtu (26/3/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara menyatakan, Nilai Tukar Petani (NTP) di provinsi tersebut pada Maret 2022 turun 0,79 persen dan menjadi 110,04 dibandingkan Februari yang masih 110,91.

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara menyatakan, Nilai Tukar Petani (NTP) di provinsi tersebut pada Maret 2022 turun 0,79 persen dan menjadi 110,04 dibandingkan Februari yang masih 110,91.

Kepala BPS Sulut Asim Saputra, di Manado, Senin (4/4/2022), mengatakan, menurunnya NTP berasal dari dua arah, dari penurunan Indeks Harga yang di terima Petani (It) dan kenaikan Indeks Harga yang di bayar Petani (Ib). It turun 0,25 persen menjadi 121,39 sementara Ib naik 0,54 menjadi 110,31.

Baca Juga

Menurut tahun kalender 2022, NTP turun 0,43 persen, sedangkan menurut YoY (tahun ke tahun) masih naik 7,59 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) sejalan dengan NTP yang mengalami penurunan. NTUP turun 0,50 persen, dari nilai 111,43 di bulan Februari menjadi 110,87 di bulan Maret.

Perkembangan NTP Sulawesi Utara mulai November 2020 sudah menunjukkan nilai diatas 100, keadaan ini menunjukan tingkat daya beli petani secara umum sudah lebih baik dibanding kondisi pada 2018 (tahun dasar). Dari hasil pemantauan harga komoditi di perdesaan, secara umum dapat dijelaskan penurunan NTP sebesar 0,79 persen berasal dari penurunan It yang mencapai 0,25 persen sementara Ib naik 0,54.

Data NTP menurut sektoral, hanya satu subsektor saja yang mengalami kenaikan NTP yakni Hortikultura yang naik 1,15 persen sementara subsektor lainnya terjadi penurunan. Subsektor yang mengalami penurunan tertinggi dialami oleh Perkebunan Tanaman Rakyat yang mencapai 1,35 persen.

"Dominannya NTP subsektor mengalami penurunan lebih dipengaruhi oleh Inflasi yang terjadi di perdesaan," jelas Asim.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement