Selasa 05 Apr 2022 17:03 WIB

Korut Bakal Balas dengan Senjata Nuklir Jika Korsel Menyerang

Kedua Korea telah tingkatkan kekuatan militer setelah Korut uji coba berbagai rudal.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Korea Utara (Korut) pada Rabu (10/10) mengonfirmasi telah menembakkan rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam atau submarine-launched ballistic missile (SLBM).
Foto: EPA/KCNA
Korea Utara (Korut) pada Rabu (10/10) mengonfirmasi telah menembakkan rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam atau submarine-launched ballistic missile (SLBM).

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) menegaskan akan menggunakan senjata nuklir jika Korea Selatan (Korsel) menyerang negaranya. Pernyataan ini ditegaskan oleh adik permpuan pemimpin Korut, Kim Yo-jong pada Selasa (5/4/2022).

Menurut KCNA, Kim Yo-jong mengatakan, menteri pertahanan Korsel membuat kesalahan besar atas pernyataan yang membahas serangan terhadap Korut. Jumat pekan lalu, Menteri Pertahanan Korsel Suh Wook mengatakan, bahwa militer negaranya memiliki berbagai rudal dengan jangkauan, akurasi dan kekuatan yang ditingkatkan hingga secara akurat dan cepat bisa mengenai target apapun di Korut.

Baca Juga

Kim mengatakan Pyongyang menentang perang karena akan membuat semenanjung Korea hancur. Ia juga tidak memandang Koresel sebagai musuh utamanya.

"Tetapi jika Korsel, untuk alasan apa pun, apakah itu dibutakan oleh salah penilaian atau tidak memilih tindakan militer seperti 'serangan pendahuluan' yang digembar-gemborkan oleh (Suh Wook), situasinya akan berubah," kata Kim. "Kalau begitu, Korsel sendiri yang akan menjadi target," imbuhnya.

Ia melanjutkan, bahwa jika militer Korsel melanggar wilayah Korut, maka negara itu akan menghadapi bencana mengerikan yang tak terbayangkan dan kekuatan tempur nuklir Korut pasti akan harus melaksanakan tugasnya.

"Korsel dapat menghindari nasib ini jika menjauh dari meluncurkan serangan pendahuluan pada negara bersenjata nuklir," tukasnya.

Kedua Korea telah meningkatkan kekuatan militer setelah Korut melakukan uji coba berbagai rudal yang semakin kuat tahun ini. Para pejabat di Seoul dan Washington juga khawatir Kourt mungkin bersiap untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017 di tengah negosiasi yang mandek.

Pada Ahad pekan lalu, Kim dan pejabat Korut lainnya mengeluarkan pernyataan mengecam pernyataan Suh. Mereka memperingatkan bahwa Pyongyang akan menghancurkan target utama di Seoul jika Korsel mengambil tindakan militer berbahaya seperti serangan pendahuluan.

Menurut seorang analis dari proyek 38 North yang berbasis di AS, yang memantau Korut, Rachel Minyoung-lee, kritik Kim kemungkinan besar juga ditujukan pada presiden terpilih Korsel Yoon Suk-yeol. Seperti diketahui, Yoon telah menyerukan pertahanan yang lebih kuat terhadap ancaman Korut.

"Komentar 'serangan pendahuluan' Yoon menjadi berita utama beberapa bulan lalu, dan Pyongyang memanfaatkan pernyataan Suh untuk menunjukkan pemerintahan Korsel yang akan datang," katanya. "Korut sejauh ini menahan diri untuk tidak mengkritik Yoon pada tingkat otoritatif apa pun, tetapi tampaknya itu meletakkan dasar untuk itu," ujarnya menambahkan.

Delegasi dari tim Yoon berada di Washington pekan ini untuk bertemu dengan pejabat AS. Washington akan menegaskan kembali komitmen untuk membela Korsel.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement