REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdurrahman bin Auf adalah Sahabat Rasulullah SAW yang jago berdagang. Apa faktor yang membuat Abdurrahman ahli dalam berdagang? Apa prinsip yang dipegangnya?
Kisah hijrah umat Muslim dari Makkah yang kemudian tiba di Madinah, dapat dipetik hikmahnya. Rasulullah SAW saat itu mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajir. Termasuk juga Abdurrahman bin Auf yang dipersaudarakan dengan Saad bin Rabi.
Setelah dipersaudarakan, Saad menawarkan kepada Abdurahman separuh hartanya dan satu perempuan dari dua istri yang dimilikinya. Namun Abdurrahman bin Auf menolaknya secara halus, dan berkata, "Semoga Allah SWT memberkahi dirimu, keluargamu dan hartamu. Tunjukkan saja di mana pasar kalian?"
Setelah ditunjukkan, Abdurrahman berangkat ke pasar itu. Ia membeli sesuatu, lalu dijual kembali, hingga akhirnya mendapat keuntungan. Bagi Abdurrahman, berdagang adalah usaha yang tujuannya bukan untuk menghimpun atau memperbanyak harta, tetapi untuk menjalani kehidupan yang bermartabat.
Abdurrahman bin Auf berbisnis pada dasarnya juga bukan untuk dirinya, melainkan untuk umat Muslim yang memiliki hak terhadap harta tersebut. Ini tak terlepas dari sabda Rasulullah SAW:
"Aku melihat Abdurrahman masuk surga dengan merangkak." Mengetahui hal itu, Abdurrahman bin Auf tampak tidak senang masuk surga dengan merangkak. Kemudian Abdurrahman mengeluarkan hartanya di jalan kebaikan dan melipatgandakannya berkali-kali lipat.
Dia menjual tanahnya seharga 40 ribu dinar lalu dibagikan kepada seluruh keluarganya dari Bani Zahra, kalangan ibu-ibu Muslim, dan orang-orang Muslim yang miskin. Abdurrahman juga memberikan 500 kuda untuk tentara Islam dan pada waktu lain menyerahkan 1.500 unta.