Kamis 07 Apr 2022 04:06 WIB

Epidemiolog Ingatkan Mitigasi Hadapi Pergerakan Besar Mudik Lebaran

Ada 20 persen masyarakat yang belum vaksinasi sehingga berpotensi menularkan Covid-19

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Agus raharjo
Sejumlah calon penumpang berjalan di area terminal keberangkatan Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (24/3/2022). Menurut data PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Kualanamu jumlah penumpang di Bandara tersebut mencapai 15.121 orang penumpang atau mengalami kenaikan sebesar 24 persen pasca ditiadakannya syarat tes PCR dan Antigen bagi penumpang yang sudah melakukan vaksin dosis dua dan tiga (booster).
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Sejumlah calon penumpang berjalan di area terminal keberangkatan Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (24/3/2022). Menurut data PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Kualanamu jumlah penumpang di Bandara tersebut mencapai 15.121 orang penumpang atau mengalami kenaikan sebesar 24 persen pasca ditiadakannya syarat tes PCR dan Antigen bagi penumpang yang sudah melakukan vaksin dosis dua dan tiga (booster).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan prinsip hukum dalam kaitan wabah sangat dipengaruhi dengan pergerakan dan interaksi orang dan kelompok. Dicky menuturkan berdasarkan hukum biologi, pergerakan yang dibarengi dengan tingginya interaksi akan memperbesar potensi penularan suatu wabah seperti Covid-19.

Oleh karenanya, jelang pergerakan besar saat mudik Lebaran nanti, mitigasi menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya perluasan wabah. Salah satu mitigasi yang bisa dilakukan adalah peningkatan imunitas melalui vaksinasi baik lewat dosis lengkap, atau penguat bagi pemudik.

Baca Juga

“Pemerintah sudah benar ada kriteria orang yang bisa mudik dengan status imunitas atau booster atau menggunakan tes cepat antigen itu sebenarnya cukup. Itu akan mengurangi risiko penularan,” kata Dicky dalam diskusi daring, Rabu (6/4/2022).

Menurut Dicky, dengan terus mengejar cakupan vaksinasi dapat menekan kasus positif serta melindungi masyarakat dari penularan Covid-19. Pasalnya, masih ada sekitar 20 persen orang yang belum melakukan vaksinasi sehingga berpotensi membawa dan menularkan virus.

Selain itu, menurut Dicky pemerintah tidak mungkin dapat membuat kasus Covid-19 menjadi nol, terlebih angka positivity rate Indonesia saat ini masih di atas lima persen secara nasional.

"Berdasarkan data serologi survei menunjukkan lebih dari 80 persen penduduk sudah memiliki antibodi. Artinya kurang lebih 20 persen yang rawan. Itu sebabnya kenapa nanti bisa terjadi potensi lonjakan,” ucap dia.

Dicky menilai, kemungkinan adanya lonjakan kasus pada tahun ini lebih kecil dibandingkan dua tahun lalu, karena imunitas yang sudah dimiliki masyarakat. Namun, dia tetap meminta baik pemudik ataupun pihak keluarga yang dikunjungi tetap melakukan vaksinasi dosis kedua atau booster agar imunitas terbentuk juga sebagai bentuk ikhtiar selama pandemi

Dicky kembali menjelaskan dengan adanya hukum biologi, seharusnya seluruh manusia bisa bersyukur karena dapat memiliki suatu cara guna terlindungi dari sebuah wabah penyakit. Karena virus sangatlah taat pada hukum biologi.

"Kita (manusia) dengan memahami pencegahan melalui protokol kesehatan, dia (virus) akan berkurang potensinya dan itu yang akhirnya akan mengurangi potensi lonjakan. Tapi secara umum, akan sulit untuk kita benar-benar katakan tidak ada peningkatan karena ada sekitar 20 persen penduduk yang belum memiliki imunitas,” tegas dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement