REPUBLIKA.CO.ID., BRUSSELS -- Ukraina sangat membutuhkan senjata dan tindakan segera dari sekutu Barat untuk menghentikan mesin perang Rusia, kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada Kamis (7/4/2022).
Berbicara pada konferensi pers setelah mengikuti pertemuan dengan para menteri luar negeri NATO, Kuleba mengatakan dia hanya memiliki "tiga poin dalam agenda negaranya: Senjata, senjata, senjata."
Kuleba menjelaskan bahwa Moskow telah mengarahkan pasukannya dari utara ke timur Ukraina, dan dia menambahkan bahwa "saat kita berbicara, pertempuran di Donbas sedang berlangsung."
Dia memperingatkan bahwa pertempuran untuk wilayah itu akan sebanding dengan Perang Dunia II dalam hal "manuver operasi besar, keterlibatan ribuan tank, kendaraan lapis baja, pesawat, artileri."
Meski mengakui bahwa sanksi Barat telah menimbulkan rasa sakit di Rusia, dia menekankan bahwa langkah-langkah ini "tidak cukup" untuk menghentikan kemampuan perang Rusia.
Baca juga : Majelis Umum PBB Tangguhkan Rusia dari Dewan HAM
"Orang-orang sekarat hari ini dan kami membutuhkan langkah-langkah yang akan menghentikan mesin perang Rusia hari ini," kata Kuleba, menegaskan bahwa "waktu sangat penting."
“Entah Kalian membantu kami sekarang – dan saya berbicara tentang hari tersisa, bukan minggu – atau bantuan kalian akan datang terlambat,” tambah dia, mendesak anggota NATO untuk meningkatkan pengiriman senjata dan memotong impor energi dari Rusia.
Terkait rekaman terbaru tentara Ukraina menyiksa tahanan perang Rusia, dia mengatakan dia tidak melihat video tersebut, tetapi menggarisbawahi bahwa tentara Ukraina "mematuhi aturan perang" dan insiden yang terisolasi akan diselidiki.
Dia menyatakan bahwa tidak ada alasan bagi pihak mana pun untuk melanggar hukum perang, tetapi menambahkan bahwa tanggal video harus diperiksa karena "Anda tidak mengerti bagaimana rasanya setelah melihat gambar di Bucha, berbicara dengan orang yang melarikan diri, mengetahui bahwa orang tersebut diperkosa selama berhari-hari."
Pada saat yang sama, dia menjelaskan bahwa pembicaraan harus dilanjutkan dengan Rusia untuk "mencegah Bucha lain."
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Moskow menghadapi kritik keras dari komunitas internasional setelah Ukraina menuduh pasukan Rusia melakukan "genosida" dan "kejahatan perang" di Bucha, sebuah kota dekat ibu kota Kiev.
Baca juga : Hassan Wirajuda: Indonesia Semestinya Bisa Lebih Tegas Atas Agresi Rusia