Oleh: Lutfi Effendi
Ramadhan telah tiba, kembali kami tampilkan uraian singkat tentang Al Qur’an sebagai tadarus singkat selama bulan Ramadhan. Tadarus ini, meneruskan tulisan sejenis yang diupload Ramadhan tahun lalu. Moga Bermanfaat.
Pada tulisan kali ini, ditampilkan Qs Al Baqarah ayat 57 yang masih terkait dengan kisah Bani Israil:
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَاَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوٰى ۗ كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ ۗ وَمَا ظَلَمُوْنَا وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ
wa ẓallalnā ‘alaikumul-gamāma wa anzalnā ‘alaikumul-manna was-salwā, kulụ min ṭayyibāti mā razaqnākum, wa mā ẓalamụnā wa lāking kānū anfusahum yaẓlimụn.
Dan Kami menaungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri. (Qs Al Baqarah 57).
Ayat 57 dari surat Al-Baqarah ini mengandung beberapa hal yang bisa dibahas secara khusus. Untuk tulisan kali ini, kita bahas mengenai naungan Allah. “Dan Kami menaungi kamu dengan awan”.
Naungan yang diberikan oleh Allah kepada Bani Israil ini merupakan tanda welas asih Allah kepada Bani Israil dari panasnya matahari yang menyinari tempat keberadaan Bani Israil. Selain, untuk melindungi dari hal lain yang bisa membahayakan mereka.. Naungan ini dilakukan agar Bani Israil merasa nyaman di tempat tersebut.
Selain Bani Israil yang merupakan kelompok manusia, ada juga perorangan yang mendapat naungan awan dari Allah SwT. Ialah Nabi Muhammad saw, bahkan ketika ia masih remaja. Tatkala Nabi diajak pamannya, Abu Thalib, diajak berdagang ke Syam dan bertemu pendeta Buhaira di jalan.
Dalam satu kisah menyebutkan setelah mengetahui dari kitab suci Taurat dan Injil yang dipelajarinya, bahwa akan muncul Nabi akhir zaman dari Makkah, maka Buhaira selalu mengamati kafilah dagang yang datang dari Makkah. Maka tatkala dia melihat dalam rombongan Abu Thalib ada seseorang yang selalu dinaungi oleh awan, maka dia berinisiatif menjamu rombongan tersebut.
Tetapi naungan ini juga berarti perlindungan. Allah melindungi Bani Israil di bawah pimpinan Nabi Musa. Dalam hal Nabi Muhammad, Muhammad selalu dilindungi oleh Allah. Tidak pernah mengerjakan hal-hal yang tidak terpuji. Sebagaimana seluruh nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad adalah seorang mitsaliyah sejak lahir dan sepanjang hidupnya.
Apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas:
Naungan Allah dibutuhkan oleh seluruh makhluknya, baik langsung maupun tidak langsung. Termasuk kita juga membutuhkan naungan agar nyaman dalam kehidupan kita di dunia dan di akhirat.
Untuk mendapatkan perlindungan Allah di akhirat, simak hadits berikut ini : Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh: Al-Bukhari (no. 660, 1423, 6479, 6806), Muslim (no. 1031 (91)), Malik dalam al-Muwaththa’ di Kitâbusy Syi’ar bab Mâ Jâ-a fil Muttabi’iin fillâh (hlm. 725-726, no. 14), Ahmad (II/439), At-Tirmidzi (no. 2391), An-Nasa-i (VIII/222-223), Ibnu Khuzaimah (no. 358), Ath-Thahawi dalam Musykilul tsâr (no. 5846, 5847), dan Al-Baihaqi dalam Sunannya (IV/190, VIII/162).
Silakan memposisikan diri sehingga menjadi salah seorang yang dilindungi Allah SwT di akhirat kelak.
Wa Allahu a’lam bish-shawab. (**”)