Selasa 12 Apr 2022 16:04 WIB

Inggris akan Periksa Dugaan Penggunaan Senjata Kimia oleh Rusia

Rusia diduga telah menggunakan “zat tak diketahui” dalam serangan ke Mariupol.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Dalam foto selebaran yang disediakan oleh Parlemen Inggris, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss berbicara di House of Commons, London, Senin 28 Februari 2022, saat ia mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia.
Foto: AP/Jessica Taylor/UK Parliament
Dalam foto selebaran yang disediakan oleh Parlemen Inggris, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss berbicara di House of Commons, London, Senin 28 Februari 2022, saat ia mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan, negaranya akan memverifikasi laporan tentang penggunaan senjata kimia oleh Rusia dalam pertempuran di Mariupol, Ukraina. Inggris akan bekerja dengan beberapa mitra untuk menyingkap hal tersebut.

“Laporan bahwa pasukan Rusia mungkin telah menggunakan bahan kimia dalam serangan terhadap orang-orang Mariupol. Kami bekerja segera dengan para mitra untuk memverifikasi perincian,” kata Truss lewat akun Twitter pribadinya, Senin (11/4/2022).

Baca Juga

Menurut Truss, setiap penggunaan semacam itu akan menjadi eskalasi tak berperasaan dalam konflik di Ukraina. “Kami akan meminta pertanggungjawaban (Presiden Rusia Vladimir) Putin dan rezimnya,” ucapnya.

Sebelumnya anggota parlemen Ukraina Ivanna Klympush mengungkapkan, Rusia telah menggunakan “zat tak diketahui” dalam serangan ke Mariupol. Namun masyarakat di sana mengalami kesulitan bernapas. “Kemungkinan besar senjata kima!” tulis Klympush lewat akun Twitter-nya.

Namun seorang asisten wali kota Mariupol, Petro Andryushchenko mengatakan, saat ini serangan senjata kimia belum dikonfirmasi. “Kami sedang menunggu informasi resmi dari militer,” kata dia lewat akun Telegram-nya.

Pada Senin lalu, batalion Azov Ukraina mengklaim terdapat sebuah pesawat nirawak Rusia yang telah menjatuhkan “zat beracun” pada pasukan dan warga sipil di Mariupol. Orang-orang yang terdampak serangan mengalami gagal napas dan masalah neurologis. “Tiga orang memiliki tanda-tanda yang jelas keracunan oleh bahan kimia perang, tapi tanpa konsekuensi bencana,” kata pemimpin batalion Azov Andrei Biletsky dalam sebuah pesan video lewat akun Telegram-nya.

Mariupol merupakan salah satu medan pertempuran tersengit di Ukraina. Pasukan Rusia sudah mengepung kota pelabuhan tersebut selama berminggu-minggu. Terdapat peluang kota tersebut jatuh ke tangan Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, dia yakin setidaknya 10 ribu warga di Mariupol telah terbunuh akibat serangan Rusia. “Rusia benar-benar menghancurkan Mariupol dan membakarnya menjadi abu. Setidaknya puluhan ribu warga Mariupol pasti telah terbunuh,” kata Zelensky saat berbicara kepada Majelis Nasional Korea Selatan (Korsel) lewat sambungan video Senin lalu. 

Menurut Zelensky, Mariupol hanyalah sebuah contoh. Dia mengatakan, Korsel dapat membantu Ukraina dalam melawan pasukan Rusia. Caranya adalah dengan menyuplai bantuan militer, termasuk tank dan jet tempur. “Jika Ukraina menerima senjata seperti itu, tidak hanya akan menyelamatkan nyawa orang biasa, tapi juga akan menjadi kesempatan untuk menyelamatkan Ukraina,” ucapnya.

Perang Rusia-Ukraina telah berlangsung sejak 24 Februari lalu. Pertempuran yang sudah memasuki bulan kedua. telah menyebabkan lebih dari 4,5 juta warga Ukraina mengungsi ke negara-negara tetangga. Itu menjadi krisis terburuk yang dihadapi Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia II. Sementara di dalam negeri Ukraina, sekitar 6,5 juta orang dilaporkan kehilangan tempat tinggal. Mereka harus tinggal di tempat-tempat penampungan sementara.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement