REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) terus mencoba menangkap setiap sinyal aneh dari luar angkasa. Pemburu kehidupan di luar Bumi tak henti-hentinya terus mencari sinyal dari alien.
Namun, sebagian besar sinyal yang ditemyka telah terbukti sebagai sinyal radio atau sinar lain yang dipancarkan oleh fenomena kosmik seperti penggabungan lubang hitam dan bintang neutron. Beberapa juga merupakan sinyal dari teknologi berbasis Bumi yang dicegat oleh antena hipersensitif ke arah yang salah. Bukan dari peradaban di luar Bumi.
Peneliti NexSS (Nexus for Exoplanet Systems) Jacob Haqq-Misra baru-baru ini memiliki saran tambahan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencari sinyal di luar Bumi. Penelitian ini diterbitkan di layanan pracetak arXiv.
“Sebuah misi seperti LUVOIR dapat mendeteksi sinyal laser dan polusi seperti NO2,” katanya kepada Syfy wire.
“Teleskop darat besar seperti Giant Magellan Telescope dan Thirty Meter Telescope dapat memungkinkan kita menemukan planet seukuran Bumi dan menganalisis atmosfernya,” kata dia.
Teleskop LUVOIR atau Large Ultraviolet Optical Infrared Surveyor merupakan teleskop NASA yang diusulkan dapat mendeteksi indikasi kabut alien. Nitrogen dioksida sering dihasilkan oleh kegiatan industri berbasis pembakaran di Bumi.
LUVOIR dapat mendeteksi biosignatures. Selain itu, LUVOIR juga akan mampu mendeteksi tingkat NO2 atmosfer yang sangat tinggi dengan memeriksa spektrum yang dipancarkan sebuah planet ekstrasurya. Jika ada alien di luar sana, mungkin saja mereka juga memiliki 'industri' yang juga sama-sama menghasilkan produk sampingan seperti di Bumi.
NO2 bukan satu-satunya zat yang dicari. Klorofluorokarbon, atau CFC, yang mungkin mengambang di atmosfer planet ekstrasurya adalah kontaminan industri lain yang akan dicari oleh misi SETI di masa depan. Ide misi LIFE, Origins, dan MIRECLE semuanya memiliki potensi untuk mengungkap senyawa semacam itu.
“Teleskop Giant Magellan Telescope dan Thirty Meter Telescope dapat mencari gas biosignature, seperti oksigen, yang mungkin menunjukkan kehidupan, serta gas techno signature, seperti NO2, yang mungkin menunjukkan teknologi,” kata Haqq-Misra.
Kedua teleskop ini adalah ELT atau teleskop yang sangat besar, yang akan mulai mengamati bintang pada dekade berikutnya. Teleskop European Extremely Large Telescope atau E-ELT mulai tahun 2027. Eksoplanet yang telah terdeteksi oleh misi seperti CHEOPS ESA atau TESS NASA akan dipelajari lebih dekat oleh GMT dan TMT. Mereka juga akan mencari planet yang mengitari bintang katai merah yang bisa ditinggali atau bahkan dihuni.
Katai merah adalah bintang yang paling umum di alam semesta. GMT dan TMT akan cukup kuat untuk mengamati katai merah dan atmosfer planetnya. Pilihan lainnya adalah dengan menggunakan FIR (Far-Infrared Probe).